Sabtu, 24 Agustus 2013

RESUME OLEH ERY BUDIONO FTTM 16413170


MAHASISWA BARU YANG BERKEARIFAN LOKAL PEMIMPIN GLOBAL ABAD 21


Dua puluh tiga agustus 2013  mungkin adalah satu diantara hari-hari bersejarah dalam hidup saya. Pasalnya saya berjumpaa langsung dengan Bapak Gita Wirdjawan selaku menteri perdagangan dalam agenda seminar OSKM ITB 2013 di Sabuga. Beliau telah memaparkan banyak hal berkaitan dengan tantangan global kedepan terutama di bidang ekonomi. Beliau juga memaparkan peran mahasiswa yang berkearifan local sebagai penerima estafet kepemimpinan masa depan.

Sebagai pembuka seminar Bapak Gita menceritakan kebanggan beliau akan prestasi dua ganda Indonesia yang baru saja meraih medali emas di BWF Champhionship di Guangzhou, China. Sebagai bagian bangsa Indonesia beliau amat terharu dengan prestasi orang-orang Indonesia di kancah Internasional. Kemudian beliau menekankan kepada seluruh audiens yang hadir untuk meyakini kekuatan tekad dengan jargon; If you want it, you got it.

Selanjutnya Bapak Gita Wirdjawan mengajak audiens memasuki ranah ekonomi. Beliau menyatakan bahwa ekonom yang baik harus memeperhitungkan social wants dan geopolitical aspect. Kehendak rakyat terkait ekonomi harus diperhitungkan agar tidak ada keresahan pada rakyat terkait misalnya dengan harga barang dan sebagainya. Selain itu unsur demokrasi, pluralisme, dan kesejahteraan rakyat juga harus dipresentasikan secara apik di dunia Internasional.

Bapak Gita menandaskan bahwa Indonesia merupakan Negara muslim terbesar di dunia dan didalam kelompok G-20 Indonesia patut dijuluki sebagai Angle Section. Saat ini penduduk dunia sekitar 7 miliar jiwa dengan komposisi sekitar 23% adalah beragama Islam. Namun dari total penduduk tersebut nilai ekonomi Negara-negara muslim di dunia secara keseluruhan hanya 9%.  Indonesia pada 2013 adalah Negara ke 15 dengan ekonomi terbesar di dunia.  

Selanjutnya Beliau memaparkan bahwa kestabilan stabilitas politik dan ekonomi adalah kunci sukses sebuah bangsa dalam mengembangkan ekonominya. Butuh pemimpin muda yang memiliki kearifan lokal untuk memimpin ekonomi Indonesia. Kemudian Bapak Gita menjelaskan hakekat tarian Gangnam yang diproduksi oleh Korea Selatan. Musik dan Tarian Gangnam mengandung empat esensi pokok sebuah bangsa yakni kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Esensi kedua, ketiga, dan keempat sudah jelas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun untuk hal kemahiran teknologi tampaknya bangsa Indonesia masih tertinggal jauh dari Korea Selatan.

Kemudian Bapak Gita Wirdjawan memaparkan realitas dan ekspetasi ekonomi Indonesia. Saat ini Indonesia berada di Zona Transformasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sekitar 6%. Ekonomi dunia yang selama ini dikendalikan oleh Amerika Serikat cenderung mengalami pergeseran trend dengan munculnya Negara-negara ekonomi kuat di Asia seperti China dan Jepang. Saat ini total ekonomi Amerika adalah sekitar 15 Teriliun Dolar atau berada di peringkat pertama, disusul China dengan 8 Triliun dolar. Indonesia sekitar 1 triliun dolar. Nilai ini menyebabkan total ekonomi Indonesia menyumbang sekitar 43% dari total ekonomi Asia Tenggara. Jika ekspetasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap diatas 6%, maka selama 20 tahun kedepan presentase ekonomi bertambah Indonesia sekiar 60% dari sekarang. Ini akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu ekonomi terkuat. Namun bapak Gita menegaskan bahwa nilai tersebut mungkin akan terjadi dengan tidak adanya warna merah putih yang dominan bila masih merujuk pada strata ekonomi saat ini. Maka perlu penyikapan yang serius. Perlu ada modifikasi terhadap inovasi yang ada karena yang namanya penemuan tidak melulu ditemukan baru atau new invented.

Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Saat bapak seminar dalam rangka OSKM ITB 2013, memang tengah terjadi kegoncangan ekonomi global termasuk Indonesia. Nilai kurs rupiah terhadap dolar bahkan menembus Rp 11000,00 per dolar amerika. Ini merupakan gejolak yang timbul akibat kebijakan pelonggaran kuantitatif Amerika Serikat. Pada masa krisis Amerika telah mengurangi likuiditas melalui bank sentral. Namun saat ekonomi AS membaik Amerika Serikat menarik kembali likuiditasnya sehingga dana yang mulanya terinvestasi di Asia kembali pulang ke AS. Ini menyebabkan koreksi yang cukup tajam. Adapun menyinggung upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, bapak Gita Wirdjawan mengemukakan bahwa adanya upaya peningkatan produktivitas untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Bila produktivitas tidak ditingkatkan maka resiko Nedle Income Trap akan terjadi di Indonesia. Keadaan ekonomi tersebut terjadi dengan ditandai PDB yang berkisar $5000 sampai $7000 dollar Amerika namun negar tersebut tak berteknologi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PDB negara tersebut adalah mungkin bertumpu pada Industri “kasar” saja. Tahun ini PDB Indonesia adalah sekiatr $4000 dollar AS. Tahun depan sekiatar $5000 dollar As adalah masa transisi Indonesia untuk lepas dari Jebakan Neddle Income Trap.

Bapak Gita Wirdjawan juga membahas mengenai distribusi ekonomi di Indonesia. Menurut beliau mitos bahwa ekonomi Indonesia yang hanya bertumpu di Jakarta adalah salah. Dari tahun ketahun semenjak 2009 hingga sekarang total investasi di luar pulau jawa terus mengalami peningkatan mulai dari 18% pada 2009 dari total investasi, menjadi 33% pada tahun 2010, 41% pada 2011, dan 46% pada 2012. Semakin tinggi realisasi investasi di luar pulau jawa maka distribusi ekonomi akan semakin merata. Hal ini merupakan salah satu upaya pemrintah untuk menurunkan tingkat kesenjangan ekonomi yang ditelisik dari rasio Ginni. Walaupun terjadi peningakatan kesenjangan dari 3,1 menjadi 4,1 di tahun ini. Maka agar turun diusahakan investasi hilir yang bersifat padat karya, multiplikasi nilai diperbesar, dan penguasaan teknologi.

Menurut Bapak Gita Wirdjawan bahwa Indonesia harus menjadi Knowledge Economy, bukan Natural Resources Economy. Hal yang menjadikan kendala ekonomi di Indonesia sampai saat ini adalah masalah pendidikan dan pendanaan. Menurut bapak Gita, bahwa tahun 2014 masalah pendidikan mungkin agak teratasi dikarenakan alokasi pendidikan yang telah diperbesar hingga sekitar 360 triliun rupiah termasuk desentralisasi pendidikan. Namun masalah pendanaan masih menghantui kalangan pembisnis Indonesia untuk dapat bersaing dengan pembisnis asing. Pasalnya bunga yang masih 15 % akan menghambat jalannya Pengusaha mengembangkan usaha. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan suku bunga Malaysia yang hanya sekitar 2%. Untuk itu saat ini pemerintah telah berusaha menurunkan bunga.

Selain itu Bapak Gita Wirdjawan juga memaparkan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maksud Ekonomi ASEAN meliputi tiga hal yakni ASEAN sebagi basis produksi, ASEAN sebagai basis konsumsi, dan ASEAN sebagai basis persaingan global. Bapak menyatakan bahwa We’ve to be nationalistic, but sometimes to be internationlistic. Indonesia harus bisa memanfaatkan Ekonomi ASEAN bukan menjadi petaka bagi ekonomi Indonesia.

Pada akhir seminar bapak Gita berpesan kepada mahasiswa baru ITB 2013;Jadilah garuda-garuda yang kreatif, trampil, melek teknologi, dan nasionalis. Milikilah tekad sebagai pemimpin yang nasionalis dan mejaga kearifan lokal!



Jumat, 23 Agustus 2013

Pentingnya Kolaborasi

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.(CIFOR/PILI, 2005)

Kolaborasi sangat penting dilakukan, yang pada dasarnya manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dengan kolaborasi, manusia dapat mengerjakan pekerjaan dengan mudah dan dapat meningkatkan interaksi sosial terhadap orang lain. 

Fairuz Radita
16813207
FSRD
Resume Seminar

Siapapun pemimpin di sebuah negara harus jelas demokrasinya. Indonesia adalah negara muslim terbesar di G20 disisi ekonomi, namun ekonomi islam didunia hanya 9%. Kita bisa sukses jika mengedepankan pluralisme di negara Islam. Perekonomian di Indonesia butuh pemimpin yang memiliki kearifan lokal dapat memanfaatkan SDA. Indonesia butuh pemuda yang aktif dan inisiatif, dan diharapkan maju dalam bidang olahraga dan pendidikan. Jangan sampai budaya murah kenyang mendarah daging. Pada tahun !992, Korsel dianggap bodoh dan pemalas oleh orang-orang, namun kenyataannya, korsel justru maju dengan eksportasi budaya dan teknologi.

Indonesia perlu meningkatkan 6% produktifitasnya, jika tidak, Indonesia bisa tidak bisa keluar dari middle income trap. Teknologi harus dikembangkan, jadi tidak hanya menjual SDA saja.

Nama: Fairuz Radita
NIM: 16813207
Fakultas: FSRD

RESUME SEMINAR OSKM 23 AGUSTUS

RESUME SEMINAR OSKM

Pada tanggal 23 Agustus 2013, Mahasiswa baru ITB 2013 dikumpulkan di gedung sabuga untuk mengikuti seminar. Seminar ini dimoderatori oleh Maria Selena dan diisi oleh 4 orang narasumber. Keempatnya adalah Bp. Gita Wiryawan selaku mentri perdagangan, Indra Hidayat dari WANADRI, ibu Tri Mumpuni dan Kak Saska dari RisetIndie. Isi seminar tersebut kurang lebih :

1.       Gita Wiryawan
Pertama-tama bapak Gita wiryawan memaparkan posisi ekonomi indonesia yang berada di peringkat 15 duni dengan pertumbuhan ekonomi 6% per tahun. Selanjutnya beliau bercerita tentang kemenangan 2 ganda Indonesi di kejuaraan bulu tangkis dunia. Beliau juga mengatakan bahwa bangsa yang menghilangkan kearifan lokalnya sama saja menghilangkan jati diri bangsa tersebut, untuk itu kita harus bisa menggarudakan Diri kita, kata beliau budaya murah kenyang adalah budaya yang salah. Beliau mengatakan bahwa saat ini perekonomian Indonesia sudah mulai tersebar dibuktikan dengan 46% realisasi investasi yang terjadi di pulau Jawa. Di akhir, beliau berpesan kepada kita, “Jadilah Garuda-garuda yang kreatif, trampil, berteknologi dan memiliki semangat kebangsaan”

2.       WANADRI (Indra Hidayat)
Beliau memaparkan tentang ekspedisi-ekspedisi yang telah dilakukan oleh WANADRI, ia juga memaparkan tentang dampak deklarasi Djuanda terhadapa wilayah NKRI. Ia mengatakan bahwa negara kita ini merupakan negara kelautan yang bertabur pulau dan masih banyak yang belum terjamah.  Untuk itu lah beliau mengajak kita sebagai calon pemimpin bangsa untuk menjaga dan memanfaatkannya.

3.       Tri Mumpuni
Beliau menjelaskan bahwa sebagai calon pemimpin kita harus bisa menyatukan antara logika dan perasaan. Beliau menjelaskan bahwa negara kita ini negara yang kaya akan SDA namun belum bisa memanfaatkannya. Beliau memaparkan tentang banyaknya desa yang belum dialiri listrik padahal SDA di tempat itu berlipat.  Untuk itu beliau mengajakak kita untuk bisa mejadi pemimpin yang bukan hanya manusiawi namun juga bisa memberi manfaat.

4.       Riset Indie (Saska)

Ia menjelaskan tentang riset indie yang merupakan lembaga riset mandir. Program program yang sudah terlaksana adalah Polaroid dan Animatronik dan saat ini sedang dalam proses perancangan program Angkot day. Ia juga memaparkan tentang pentingnya sebuah kolaborasi bagi seseorang.


Faisal Prabowo
16513183
STEI

Pentingnya Kolaborasi (Yukiko P.H.)

PENTINGNYA KOLABORASI

Kolaborasi adalah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Definisi dari kolaborasi disini adalah melakukan kerjasama dengan orang atau instansi lain untuk mencapai tujuan yang sama secara efektif dan lebih cepat. Dengan berkolaborasi, kita dapat melakukan hal besar dengan waktu dan usaha yang lebih sedikit daripada bekerja sendiri karena disini kita dibantu oleh orang lain. Kenapa sih kolaborasi penting? Menurut persepsi saya, dengan adanya nya kolaborasi, semua hal akan dapat dikerjakan dengan mudah. Mengingat kita sebagai makhluk sosial yang butuh orang lain dan tidak dapat bertahan sendiri, janganlah gengsi untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Di dalam kehidupan masyarakat  kini, ada banyak masalah yang sebagian sangatlah rumit dan butuh kolaborasi dengan berbagai pihak agar dapat menyelesaikannya dan menemukan solusi untuk masalah tersebut. Kita sebagai generasi penerus bangsa dan calon pemimpin bangsa dituntut agar dapat bekerja sama dalam mengatasi berbagai masalah di negeri ini demi kesejahteraan kita semua.

Yukiko P.H.
SITH-S

16113002

Resume Seminar (Yukiko P.H.)

Resume Seminar OSKM ITB 2013

Seminar yang diselenggarakan oleh panitia OSKM ITB 2013 khusus untuk menyambut Ganesha muda 2013 ini diadakan pada hari Jum’at 23 Agustus 2013 di gedung Sasana Budaya Ganesha. Pembicara-pembicara hebat yang diundang pada seminar ini adalah Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2010-2014 (Bapak Gita Wiryawan), Ketua Wanadri (Indra Hidayat), Ibu Tri Mumpuni Wiyatno, dan Ketua Riset Indie (Saska), dan di moderating oleh Puteri Indonesia 2011 (Maria Selena).
                Pertama-tama, acara di mulai dengan sambutan dari perwakilan Sekjen OSKM 2013, lalu dilanjutkan oleh presiden KM ITB (Nyoman Anjani), kemudian sambutan terakhir dari Wakil Rektor ITB (Bapak Kadarsha). Seminar sesi pertama disampaikan oleh Bapak Gita Wiryawan. Beliau mengungkapkan bahwa semangat kemahasiswaan kental dengan kearifan lokal yang identik dengan misi OSKM 2013 ini. Bila kita membicarakan kemerdekaan, kemerdekaan disini bukan hanya suatu kebebasan, akan tetapi kemerdekaan pada diri kita merayakan apapun yang kita banggakan dan apapun yang memberikan kita kebanggaan. Perekonomian Indonesia butuh pemimpin yang lekat dengan kepentingan rakyatnya namun tetap tidak lepas dari kepentingan yang menyangkut geopolitik Indonesia.
                Pada turnamen bulu tangkis di Guangzhou, Beliau memberikan motivasi kepada para atlet dengan berkata,”if you want it, you will get it”. Bila kita belajar dari Bapak Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bapak Soekarno, sebelum meraih kemerdekaan Indonesia, Beliau sudah mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai kemerdekaan bangsa ini dan identik dengan contra revolutioner. Siapapun yang akan memimpin Indonesia, harus mempunyai visi dan misi yang jelas untuk kedepannya dan kental dengan unsur pluralisme dan pemerataan yang dapat direfleksikan ke komunitas internasional namun jangan sampai salah arah dan persepsi. Dengan mengedepankan pluralisme, kita dapat sukses dari negara lain dari segi ekonomi.
                Nah, bagaimana caranya agar kita mampu mencapai hal itu? Dibutuhkan pemimpin yang punya kearifan lokal dalam dirinya dan tidak menghilagkan kebudayaan sendiri. Selain itu, kita butuh pemimpin yang proaktif yang dapat meng-“gangnam”-kan diri dalam  aspek, yaitu:
1.       Kemahiran teknologi dan informasi
2.       Kekayaan budaya
3.       Kesinambungan demokrasi
4.       Kemajuan ekonomi

Bila kita membuka mata, sebenarnya Indonesia mempunyai 2 aspek yang menguntungkan agar dapat maju, yaitu masa transformasi yang cepat dan tempat yang strategis. Namun kita tetap saja kalah dari China, Jepang dan Korea. Masyarakat kita mayoritas sangat menyukai budaya “kenyang murah” dari China yang jelas-jelas salah parkir. Seharusnya kita harus punya budaya yang bangga akan berbangsa.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan negara-negara lainnya masih dibilang belum memuaskan, karena hanya bekisar pada kisaran 1%. Bila kita ingin meningkatkannya menjadi 7%, produktivitas tenaga kerja harus ditingkatkan 60% per unit. Dengan cara itu, kita juga dapat lepas dari middle income trap . Mitos bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berlangsung di Jakarta dapat dipatahkan dengan fakta bahwa sebnarnya realisasi investasi lebih banyak di luar Pulau Jawa.  Hal itu dapat membatu meratakan kesejahteraan di Indonesia. Jika kita ingin memajukan Indonesia dalam segi ekonomi, kita harus mempunyai senjata agar dapat bersaing di Asia. Senjata itu adalah, meleknya teknologi, cinta budaya, dan mempunyai semanga kesatuan.
Pesan terakhir dari Bapak Gita Wiryawan adalah,”we have to be nationalistic, but in the same time, we have to be internasionalist”. Kita sebagai generasi-generasi muda penerus bangsa dan calon pemimpin bangsa harus menjadi Garuda-Garuda yang kreatif, terampil berteknologi, dan mempunyai semangat kebangsaan. Jadilah pemimpin bangsa yang bangga berbangsa dan terus menjungjung tinggi nilai kearifan lokal di dalam dan di luar kampus.
Sesi kedua dari seminar ini dibawakan oleh Ketua Wandari, yaitu Indra Hidayat yang berjudul “Cinta Tanah Air”. Indonesia adalah negara maritim dan kepulauan yang sangat kaya dengan keindahan alam dan sumber daya alamnya. Dahulu sebelum ditetapkannya zona ZEE dan lainnya, luas Indonesia tidaklah seluas sekarang.
Indra Hidayat menyampaikan bahwa alam indonesia sangatlah kaya. Kita mempunyai bioregional, pesisir-pesisir, pulau-pulau yang berjumlah lebih dari 17.000 pulau, sungai yang beragam, kawasan karst, medan khas, dataran yang bervariasi, pegunungan vulkanik, dan mempunyai 34 provinsi. Semua itu sebenarnya sangat menguntungkan Indonesia karena kita mempunyai Sumber Daya Alam yang melimpah.
Namun, ada beberapa kendala yaitu, intervensi budaya dan berbatasan dengan 10 negara tetangga. Banyak negara-negara tetangga yang mencoba merebut wilayah dan sumber daya alam kita. Tak sedikit kawasan Indonesian yang telah diakui oleh negara lain. Hal itu disebabkan kurang sadar dan cintanya kita terhadap warisan kekayaan Indonesia dan menyia-nyiakannya. Sebagai mahasiswa penerus generasi bangsa kita harus melindungi dan menghargai semua kekayaan hayati milik kita dengan sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan.
Seminar sesi berikutnya dibawakan oleh Ibu Tri Mumpuni Wiyatno. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk memberdayakan lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia da mendapatkan gelar “Claimed Hero” dari WWF. Seminar dari Ibu tri Mumpuni kali ini beropik “Integritas dan Kompetensi Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa”.
Beliau menyampaikan bahwa manusia yang berakal sehat harus mempunyai logika dan empati yang saling seimbang dan berinteraksi. Dengan memiliki akal sehat, nantinya kita akan dapat membaca Indonesia dengan baik.
Indonesia adalah negara yang mempunyai SDA yang sangat melimpah. Namun, dibutuhkan paradigma yang benar dan tepat agar dapat memakmurkan dan memberdayakan  masyarakat Indonesia. Ironisnya, dari 245 juta penduduk Indonesia, ada > 100 juta penduduk belum belistrik.  Masih ada lebih dari 60 juta anak Indonesia yang kondisinya sangat ironis. Hal itu disebabkan karena telah melencengnya definisi ekonomi dan wirausahaan sosial saat ini yang hanya memikirkan keuntungan pribadi dan bukan memikirkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Mereka menjual semua SDA Indonesia kepada perusahaan luar negeri dan mengakibatkan miskinnya penduduk lokal setempat karena perusahaan asing hanya menjadikan mereka sebagai kuli yang digaji kecil.
Beliau berpesan kepada mahasiswa muda generasi penerus bangsa agar tidak serta merta “menjual” Indonesia hanya karena iming-iming “Dollar”. Kita harus menjadi orang sukses yang kelak aka menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini dan menyebarkan “Merah Putih” di seluaruh Indonesia.
Sesi terakhir dari seminar OSKM ITB 2013 kali ini dibawakan oleh Saska, pendiri Riset Indie. Riset Indie ini adalah sebuah kolektif penelitian dengan spektrum ranah yang luas (teknologi, sosial, media) dan dikerjakan secara mandiri. Project yang telah diikerjakan oleh Saska dan tim nya adalah Project Polaroid, Project Alinea, dan Angkot Day yang akan berjalan 20 September nanti.
Sebenarnya, yang ingin disampaikan Saska dalam seminar ini adalah, kita sebagai mahasiswa harus mempunyai pola pikir yang jelas dan kritis juga kreatif agar dapat mengatasi berbagai masalah di sekitar kita. Pola pikir tersebut tidak dapat langsung terbentuk dalam waktu sekejap, namun kita bisa mendapatkannya dari pendidikan di kampus dan keorganisasian di luar kampus. Kita juga dituntut agar dapat berkolaorasi dan bekerja sama dengan orang lain agar dapat mengembangkan sesuatu yang lebih besar.  Jika kita sudah membentuk pola pikir yang baik, kita akan tercetak menjadi pribadi yang berkarakter kuat, kritis, kreatif, dan konstruktif dan akan menjadi bekal untuk menjadi pemimpin bangsa yang baik.

Yukiko P.H.
SITH-S
16113002



Pentingnya Kolaborasi (Mutiara Nuraini Putri)

Mutiara Nuraini Putri
16213054
SF

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI, 2005).
Dari definisi tersebut, kita sebagai pemuda dan mahasiswa harus bisa mengambil arti penting dan memulai kolaborasi tersebut. Mengapa? Karena dengan berkolaborasi, kita bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Contoh yang pernah dilakukan oleh mahasiswa baru ITB 2013 dalam membentuk kata #untukIndonesia, jika tidak dilakukan dengan kolaborasi, hal tersebut tentu akan tidak terselesaikan. Kolaborasi yang dilakukan oleh para penanggungjawab dan para mahasiswa lainnya menjadikan projek ini berhasil dengan baik. Contoh lain, saat seminar oleh bapak Gita Wirjawan, disampaikan bahwa untuk menjadikan Indonesia lebih baik dibutuhkan sebuah kolaborasi dari segala elemen bangsa, bukan hanya di bidang bulu tangkis, namun di segala aspek, misalnya teknologi, pendidikan dan ekonomi. Bisa kita bayangkan jika kolaborasi dari segala elemen bangsa itu membuat hal yang membanggakan, Indonesia bisa menjadi negara yang bisa bersaing dengan negara lain.
Mahasiswa banyak mengambil peran penting di Indonesia sudah sejak sebelum kemerdekaan. Misalnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda. Dan hal itu tidak bisa dipungkiri merupakan hasil dari kolaborasi dari pemuda-pemuda Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa hidup sendiri dan perlu bekerja sama dengan orang lain untuk membangun sesuatu yang besar, termasuk membangun Indonesia yang lebih baik.