Kamis, 22 Agustus 2013

Poenya Kelompok 172-2

Kolompok 172 – 2Alexander           FTSL        16613136Indira S.              FITB        16313267M. Gidry             SITH-R    19813144Yukiko P.           SITH-S    16113002Elvan Owen        STEI        16513003Ery B.                 FTTM     16413170Mutiara N.          SF           16213054


Deskripsi Foto ( Melalui Sudut Pandang Kami ) :
Foto tersebut memperlihatkan kondisi di suatu kelas dari suatu sekolah di daerah terpencil yang sangat tidak layak untuk Kegiatan Belajar Mengajar atau KBM. Ketidaklayakan tersebut terlihat dari keadaan langit-langit yang terdapat banyak lubang dan kondisi bangunan seakan-akan akan roboh. Keadaan tersebut tidak hanya membahayakan keselamatan siswa-siswi sekolah tersebut, melainkan juga kualitas distribusi materi atau pelajaran dapat sangat berkurang.
Masalah-masalah yang diambil dari berbagai P.O.V:
·      ~   Tidak meratanya distribusi dana dari pemerintah ke daerah-daerah terpencil.
·      ~   Kurangnya peran serta masyarakat setempat untuk membantu mengurus sekolah tersebut karena merasa itu adalah tanggung jawab pemerintah.

Solusi :
Sebagai bagian dari pengembangan solusi yang lebih sinergis dan preventif, kami mencoba untuk menciptakan Solusi PEDANG ( Pendek Panjang ) yang merupakan sebuah system yang membagi kelompok kami ke dalam 2 peran penting untuk solusi jangka pendek dan panjang. Adapun penjabaran mengenai solusi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :




Solusi Jangka Pendek :

                Mengambil langkah cepat, tindakan paling sederhana yang kami pertimbangkan untuk dapat dilakukan dengan kapasitas kami sebagai mahasiswa adalah dengan turun langsung ke lapangan, yakni turun ke sekolah yang membutuhkan bantuan tersebut. Solusi ini melihat pertimbangan aspek kenyaman dalam penyampaian materi proses belajar mengajar serta interaksi penyampaian materi antara guru dan murid. Hal pertama yang mengalami gangguan dari kondisi yang seperti ini adalah tidak tersampaikannya materi pengajaran dengan baik karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Untuk mengefektifkan penyampaian materi itulah kami turun ke lapangan dan ambil bagian dengan membantu berlangsungnya proses belajar mengajar sebagai pendamping yang menjelaskan materi kepada siswa – siswi di sekolah tersebut. Sehingga materi yang disampaikan oleh anggota pengajar di sekolah tersebut, kami topang kembali dengan mendampingi secara langsung dalam proses pembelajaran siswa siswi tersebut.

                Solusi jangka pendek yang kedua mempertimbangkan dari segi infrastruktur yang menunjang dalam proses belajar mengajar yang terjadi. Mengamati keadaan sekolah yang sudah memprihatinkan dan mempertimbangkan pula kapasitas kami sebagai mahasiswa, tindakan paling sederhana yang dapat kami lakukkan adalah mengumpulkan bantuan berupa tenaga dan finansial sederhana, seperti mengajak warga sekitar untuk melakukan donasi dan dengan jumlah finansial yang berhasil dikumpulkan kami mengumpulkan tenaga dari warga sekitar untuk membangun sebuah tenda darurat sederhana yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar untuk jangka waktu yang singkat. Keunggulan dari solusi ini adalah tidak perlu untuk menunggu datangnya aliran dana dari pihak pemerintah melainkan melibatkan warga sekitar untuk turut aktif dan berperan dalam keberlanjutan proses pendidikan generasi muda.

Solusi Jangka Panjang :

                Kami juga mempertimbangkan solusi jangka panjang yang kiranya menjadi solusi tertanam yang dapat dijadikan solusi kedepannya. Solusi ini berdasarkan pada regenerasi infrastruktur yang terlibat dalam proses belajar mengajar, yang dalam hal ini adalah perbaikan gedung yang digunakan sebagai kelas. Tanpa perlu menunggu adanya kucuran dana dari pihak pemerintah, kami mengusahakan bantuan dari para donatur bukan sebagai sponsor melainkan murni sebagai donasi, karena kami melihat bahwa ada donatur yang mau untuk memberikan bantuan bagi panti asuhan dan kami mengusahakan agar donasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk bantuan pendidikan. Dengan hal ini kami dapat mengumpulkan bantuan finansial secara bertahap yang sekiranya dapat digunakan untuk regenerasi infrastruktur yang juga membutuhkan waktu yang lama secara bertahap. Dengan demikian kami mengusahakan agar segala proses yang terlibat dapat diperbaiki secara bersama, meskipun waktu penyelesaiannya berbeda.


Kesimpulan :
                Kongkritnya, kami berusaha untuk memberikan solusi yang melingkupi segala aspek. Ketika yang menjadi masalah utama adalah pembaharuan gedung kelas yang akan digunakan, kami melakukkan penggalangan dana dengan menggunakan bantuan dari para donatur, dan sekali lagi murni sebagai donasi dan bukan sponsor. Dalam proses yang panjang itu kami turun langsung untuk memberikan pendampingan kepada para siswa dan siswi di sekolah tersebut sehingga dalam proses penggalangan bantuan, kegiatan belajar mengajar yang terjadi tidak terhenti melainkan tetap berlangsung dan semakin efektif dengan adanya tenda – tenda bangunan sederhana yang kami bangun dengan bantuan tenaga dan finansial dari warga sekitar lingkungan sekolah tersebut.

ALTERNATIF :
               
                Jika kami mencoba untuk mencari solusi yang lebih luas dengan mengesampingkan kapasitas kami yang terbatas sebagai mahasiswa, kami memiliki alternative dengan mempertimbangkan dari segi penyaluran bantuan dana finansial. Dalam artian seperti ini, setiap tahunnya Negara sudah memberikan anggaran dari APBN dan APBD sekitar kurang lebih 20% yang ditujukan untuk kepentingan pendidikan. Namun pada kenyataanya masih banyak daerah – daerah di Indonesia yang tidak tersentuh oleh penyaluran dana tersebut, contoh nyatanya adalah seperti di foto diatas, masih banyak sarana infrastruktur berupa gedung – gedung sekolah dan kelasnya yang dapat dikategorikan ‘memprihatinkan’ bahkan ‘tidak layak’ untuk digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Solusi yang kami pertimbangkan adalah dengan melakukkan pengembangan sistem penyaluran bantuan dana yang lebih baik, karena penyaluran bantuan finansial yang baik alurnya tidak berpindah di banyak pihak, melainkan terarah sebagaimana “SUMBER – PENANGGUNG JAWAB – TARGET”. Karena jika memang dana yang tersalurkan sudah merata harusnya tidak ditemukan sarana pendidikan yang keadaanya kurang memadai. Oleh karena itu muncul lah pertanyaan “Kemana bantuan tersebut tersalurkan ?” . Jadi solusinya ada dengan melakukkan evaluasi dan pengembangan sistem yang lebih baik. Tetapi sekali lagi bahwa solusi ini merupakan alternative dan bukan merupakan langkah realistis yang dapat kami lakukan dengan kapasistas kami semua sebagai mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar