Sabtu, 24 Agustus 2013

RESUME OLEH ERY BUDIONO FTTM 16413170


MAHASISWA BARU YANG BERKEARIFAN LOKAL PEMIMPIN GLOBAL ABAD 21


Dua puluh tiga agustus 2013  mungkin adalah satu diantara hari-hari bersejarah dalam hidup saya. Pasalnya saya berjumpaa langsung dengan Bapak Gita Wirdjawan selaku menteri perdagangan dalam agenda seminar OSKM ITB 2013 di Sabuga. Beliau telah memaparkan banyak hal berkaitan dengan tantangan global kedepan terutama di bidang ekonomi. Beliau juga memaparkan peran mahasiswa yang berkearifan local sebagai penerima estafet kepemimpinan masa depan.

Sebagai pembuka seminar Bapak Gita menceritakan kebanggan beliau akan prestasi dua ganda Indonesia yang baru saja meraih medali emas di BWF Champhionship di Guangzhou, China. Sebagai bagian bangsa Indonesia beliau amat terharu dengan prestasi orang-orang Indonesia di kancah Internasional. Kemudian beliau menekankan kepada seluruh audiens yang hadir untuk meyakini kekuatan tekad dengan jargon; If you want it, you got it.

Selanjutnya Bapak Gita Wirdjawan mengajak audiens memasuki ranah ekonomi. Beliau menyatakan bahwa ekonom yang baik harus memeperhitungkan social wants dan geopolitical aspect. Kehendak rakyat terkait ekonomi harus diperhitungkan agar tidak ada keresahan pada rakyat terkait misalnya dengan harga barang dan sebagainya. Selain itu unsur demokrasi, pluralisme, dan kesejahteraan rakyat juga harus dipresentasikan secara apik di dunia Internasional.

Bapak Gita menandaskan bahwa Indonesia merupakan Negara muslim terbesar di dunia dan didalam kelompok G-20 Indonesia patut dijuluki sebagai Angle Section. Saat ini penduduk dunia sekitar 7 miliar jiwa dengan komposisi sekitar 23% adalah beragama Islam. Namun dari total penduduk tersebut nilai ekonomi Negara-negara muslim di dunia secara keseluruhan hanya 9%.  Indonesia pada 2013 adalah Negara ke 15 dengan ekonomi terbesar di dunia.  

Selanjutnya Beliau memaparkan bahwa kestabilan stabilitas politik dan ekonomi adalah kunci sukses sebuah bangsa dalam mengembangkan ekonominya. Butuh pemimpin muda yang memiliki kearifan lokal untuk memimpin ekonomi Indonesia. Kemudian Bapak Gita menjelaskan hakekat tarian Gangnam yang diproduksi oleh Korea Selatan. Musik dan Tarian Gangnam mengandung empat esensi pokok sebuah bangsa yakni kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Esensi kedua, ketiga, dan keempat sudah jelas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun untuk hal kemahiran teknologi tampaknya bangsa Indonesia masih tertinggal jauh dari Korea Selatan.

Kemudian Bapak Gita Wirdjawan memaparkan realitas dan ekspetasi ekonomi Indonesia. Saat ini Indonesia berada di Zona Transformasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sekitar 6%. Ekonomi dunia yang selama ini dikendalikan oleh Amerika Serikat cenderung mengalami pergeseran trend dengan munculnya Negara-negara ekonomi kuat di Asia seperti China dan Jepang. Saat ini total ekonomi Amerika adalah sekitar 15 Teriliun Dolar atau berada di peringkat pertama, disusul China dengan 8 Triliun dolar. Indonesia sekitar 1 triliun dolar. Nilai ini menyebabkan total ekonomi Indonesia menyumbang sekitar 43% dari total ekonomi Asia Tenggara. Jika ekspetasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap diatas 6%, maka selama 20 tahun kedepan presentase ekonomi bertambah Indonesia sekiar 60% dari sekarang. Ini akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu ekonomi terkuat. Namun bapak Gita menegaskan bahwa nilai tersebut mungkin akan terjadi dengan tidak adanya warna merah putih yang dominan bila masih merujuk pada strata ekonomi saat ini. Maka perlu penyikapan yang serius. Perlu ada modifikasi terhadap inovasi yang ada karena yang namanya penemuan tidak melulu ditemukan baru atau new invented.

Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Saat bapak seminar dalam rangka OSKM ITB 2013, memang tengah terjadi kegoncangan ekonomi global termasuk Indonesia. Nilai kurs rupiah terhadap dolar bahkan menembus Rp 11000,00 per dolar amerika. Ini merupakan gejolak yang timbul akibat kebijakan pelonggaran kuantitatif Amerika Serikat. Pada masa krisis Amerika telah mengurangi likuiditas melalui bank sentral. Namun saat ekonomi AS membaik Amerika Serikat menarik kembali likuiditasnya sehingga dana yang mulanya terinvestasi di Asia kembali pulang ke AS. Ini menyebabkan koreksi yang cukup tajam. Adapun menyinggung upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, bapak Gita Wirdjawan mengemukakan bahwa adanya upaya peningkatan produktivitas untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Bila produktivitas tidak ditingkatkan maka resiko Nedle Income Trap akan terjadi di Indonesia. Keadaan ekonomi tersebut terjadi dengan ditandai PDB yang berkisar $5000 sampai $7000 dollar Amerika namun negar tersebut tak berteknologi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PDB negara tersebut adalah mungkin bertumpu pada Industri “kasar” saja. Tahun ini PDB Indonesia adalah sekiatr $4000 dollar AS. Tahun depan sekiatar $5000 dollar As adalah masa transisi Indonesia untuk lepas dari Jebakan Neddle Income Trap.

Bapak Gita Wirdjawan juga membahas mengenai distribusi ekonomi di Indonesia. Menurut beliau mitos bahwa ekonomi Indonesia yang hanya bertumpu di Jakarta adalah salah. Dari tahun ketahun semenjak 2009 hingga sekarang total investasi di luar pulau jawa terus mengalami peningkatan mulai dari 18% pada 2009 dari total investasi, menjadi 33% pada tahun 2010, 41% pada 2011, dan 46% pada 2012. Semakin tinggi realisasi investasi di luar pulau jawa maka distribusi ekonomi akan semakin merata. Hal ini merupakan salah satu upaya pemrintah untuk menurunkan tingkat kesenjangan ekonomi yang ditelisik dari rasio Ginni. Walaupun terjadi peningakatan kesenjangan dari 3,1 menjadi 4,1 di tahun ini. Maka agar turun diusahakan investasi hilir yang bersifat padat karya, multiplikasi nilai diperbesar, dan penguasaan teknologi.

Menurut Bapak Gita Wirdjawan bahwa Indonesia harus menjadi Knowledge Economy, bukan Natural Resources Economy. Hal yang menjadikan kendala ekonomi di Indonesia sampai saat ini adalah masalah pendidikan dan pendanaan. Menurut bapak Gita, bahwa tahun 2014 masalah pendidikan mungkin agak teratasi dikarenakan alokasi pendidikan yang telah diperbesar hingga sekitar 360 triliun rupiah termasuk desentralisasi pendidikan. Namun masalah pendanaan masih menghantui kalangan pembisnis Indonesia untuk dapat bersaing dengan pembisnis asing. Pasalnya bunga yang masih 15 % akan menghambat jalannya Pengusaha mengembangkan usaha. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan suku bunga Malaysia yang hanya sekitar 2%. Untuk itu saat ini pemerintah telah berusaha menurunkan bunga.

Selain itu Bapak Gita Wirdjawan juga memaparkan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maksud Ekonomi ASEAN meliputi tiga hal yakni ASEAN sebagi basis produksi, ASEAN sebagai basis konsumsi, dan ASEAN sebagai basis persaingan global. Bapak menyatakan bahwa We’ve to be nationalistic, but sometimes to be internationlistic. Indonesia harus bisa memanfaatkan Ekonomi ASEAN bukan menjadi petaka bagi ekonomi Indonesia.

Pada akhir seminar bapak Gita berpesan kepada mahasiswa baru ITB 2013;Jadilah garuda-garuda yang kreatif, trampil, melek teknologi, dan nasionalis. Milikilah tekad sebagai pemimpin yang nasionalis dan mejaga kearifan lokal!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar