Resume Seminar OSKM ITB 2013
Seminar yang diselenggarakan oleh
panitia OSKM ITB 2013 khusus untuk menyambut Ganesha muda 2013 ini diadakan pada
hari Jum’at 23 Agustus 2013 di gedung Sasana Budaya Ganesha. Pembicara-pembicara
hebat yang diundang pada seminar ini adalah Menteri Perdagangan Republik
Indonesia 2010-2014 (Bapak Gita Wiryawan), Ketua Wanadri (Indra Hidayat), Ibu
Tri Mumpuni Wiyatno, dan Ketua Riset Indie (Saska), dan di moderating oleh
Puteri Indonesia 2011 (Maria Selena).
Pertama-tama,
acara di mulai dengan sambutan dari perwakilan Sekjen OSKM 2013, lalu
dilanjutkan oleh presiden KM ITB (Nyoman Anjani), kemudian sambutan terakhir
dari Wakil Rektor ITB (Bapak Kadarsha). Seminar sesi pertama disampaikan oleh
Bapak Gita Wiryawan. Beliau mengungkapkan bahwa semangat kemahasiswaan kental
dengan kearifan lokal yang identik dengan misi OSKM 2013 ini. Bila kita
membicarakan kemerdekaan, kemerdekaan disini bukan hanya suatu kebebasan, akan
tetapi kemerdekaan pada diri kita merayakan apapun yang kita banggakan dan
apapun yang memberikan kita kebanggaan. Perekonomian Indonesia butuh pemimpin yang
lekat dengan kepentingan rakyatnya namun tetap tidak lepas dari kepentingan yang
menyangkut geopolitik Indonesia.
Pada
turnamen bulu tangkis di Guangzhou, Beliau memberikan motivasi kepada para
atlet dengan berkata,”if you want it, you will get it”. Bila kita belajar dari
Bapak Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bapak Soekarno, sebelum meraih
kemerdekaan Indonesia, Beliau sudah mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai
kemerdekaan bangsa ini dan identik dengan contra
revolutioner. Siapapun yang akan memimpin Indonesia, harus mempunyai visi
dan misi yang jelas untuk kedepannya dan kental dengan unsur pluralisme dan pemerataan
yang dapat direfleksikan ke komunitas internasional namun jangan sampai salah
arah dan persepsi. Dengan mengedepankan pluralisme, kita dapat sukses dari
negara lain dari segi ekonomi.
Nah,
bagaimana caranya agar kita mampu mencapai hal itu? Dibutuhkan pemimpin yang
punya kearifan lokal dalam dirinya dan tidak menghilagkan kebudayaan sendiri.
Selain itu, kita butuh pemimpin yang proaktif yang dapat meng-“gangnam”-kan diri dalam aspek, yaitu:
1.
Kemahiran teknologi dan informasi
2.
Kekayaan budaya
3.
Kesinambungan demokrasi
4.
Kemajuan ekonomi
Bila kita membuka mata, sebenarnya Indonesia mempunyai 2
aspek yang menguntungkan agar dapat maju, yaitu masa transformasi yang cepat
dan tempat yang strategis. Namun kita tetap saja kalah dari China, Jepang dan
Korea. Masyarakat kita mayoritas sangat menyukai budaya “kenyang murah” dari
China yang jelas-jelas salah parkir. Seharusnya kita harus punya budaya yang
bangga akan berbangsa.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan negara-negara
lainnya masih dibilang belum memuaskan, karena hanya bekisar pada kisaran 1%.
Bila kita ingin meningkatkannya menjadi 7%, produktivitas tenaga kerja harus
ditingkatkan 60% per unit. Dengan cara itu, kita juga dapat lepas dari middle income trap . Mitos bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berlangsung di Jakarta dapat dipatahkan
dengan fakta bahwa sebnarnya realisasi investasi lebih banyak di luar Pulau
Jawa. Hal itu dapat membatu meratakan
kesejahteraan di Indonesia. Jika kita ingin memajukan Indonesia dalam segi
ekonomi, kita harus mempunyai senjata agar dapat bersaing di Asia. Senjata itu
adalah, meleknya teknologi, cinta budaya, dan mempunyai semanga kesatuan.
Pesan terakhir dari Bapak Gita Wiryawan adalah,”we have to
be nationalistic, but in the same time, we have to be internasionalist”. Kita
sebagai generasi-generasi muda penerus bangsa dan calon pemimpin bangsa harus
menjadi Garuda-Garuda yang kreatif, terampil berteknologi, dan mempunyai
semangat kebangsaan. Jadilah pemimpin bangsa yang bangga berbangsa dan terus
menjungjung tinggi nilai kearifan lokal di dalam dan di luar kampus.
Sesi kedua dari seminar ini dibawakan oleh Ketua Wandari,
yaitu Indra Hidayat yang berjudul “Cinta Tanah Air”. Indonesia adalah negara
maritim dan kepulauan yang sangat kaya dengan keindahan alam dan sumber daya
alamnya. Dahulu sebelum ditetapkannya zona ZEE dan lainnya, luas Indonesia
tidaklah seluas sekarang.
Indra Hidayat menyampaikan bahwa alam indonesia sangatlah
kaya. Kita mempunyai bioregional, pesisir-pesisir, pulau-pulau yang berjumlah
lebih dari 17.000 pulau, sungai yang beragam, kawasan karst, medan khas,
dataran yang bervariasi, pegunungan vulkanik, dan mempunyai 34 provinsi. Semua
itu sebenarnya sangat menguntungkan Indonesia karena kita mempunyai Sumber Daya
Alam yang melimpah.
Namun, ada beberapa kendala yaitu, intervensi budaya dan berbatasan
dengan 10 negara tetangga. Banyak negara-negara tetangga yang mencoba merebut
wilayah dan sumber daya alam kita. Tak sedikit kawasan Indonesian yang telah
diakui oleh negara lain. Hal itu disebabkan kurang sadar dan cintanya kita
terhadap warisan kekayaan Indonesia dan menyia-nyiakannya. Sebagai mahasiswa
penerus generasi bangsa kita harus melindungi dan menghargai semua kekayaan
hayati milik kita dengan sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan.
Seminar sesi berikutnya dibawakan oleh Ibu Tri Mumpuni
Wiyatno. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk memberdayakan lebih dari 60
lokasi terpencil di Indonesia da mendapatkan gelar “Claimed Hero” dari WWF.
Seminar dari Ibu tri Mumpuni kali ini beropik “Integritas dan Kompetensi Alumni
ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa”.
Beliau menyampaikan bahwa manusia yang berakal sehat harus
mempunyai logika dan empati yang saling seimbang dan berinteraksi. Dengan
memiliki akal sehat, nantinya kita akan dapat membaca Indonesia dengan baik.
Indonesia adalah negara yang mempunyai SDA yang sangat
melimpah. Namun, dibutuhkan paradigma yang benar dan tepat agar dapat
memakmurkan dan memberdayakan masyarakat
Indonesia. Ironisnya, dari 245 juta penduduk Indonesia, ada > 100 juta
penduduk belum belistrik. Masih ada lebih
dari 60 juta anak Indonesia yang kondisinya sangat ironis. Hal itu disebabkan
karena telah melencengnya definisi ekonomi dan wirausahaan sosial saat ini yang
hanya memikirkan keuntungan pribadi dan bukan memikirkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Mereka menjual semua SDA Indonesia kepada perusahaan luar
negeri dan mengakibatkan miskinnya penduduk lokal setempat karena perusahaan
asing hanya menjadikan mereka sebagai kuli yang digaji kecil.
Beliau berpesan kepada mahasiswa muda generasi penerus
bangsa agar tidak serta merta “menjual” Indonesia hanya karena iming-iming “Dollar”.
Kita harus menjadi orang sukses yang kelak aka menjadi pemimpin-pemimpin negeri
ini dan menyebarkan “Merah Putih” di seluaruh Indonesia.
Sesi terakhir dari seminar OSKM ITB 2013 kali ini dibawakan
oleh Saska, pendiri Riset Indie. Riset Indie ini adalah sebuah kolektif
penelitian dengan spektrum ranah yang luas (teknologi, sosial, media) dan
dikerjakan secara mandiri. Project yang telah diikerjakan oleh Saska dan tim
nya adalah Project Polaroid, Project Alinea, dan Angkot Day yang akan berjalan
20 September nanti.
Sebenarnya, yang ingin disampaikan Saska dalam seminar ini
adalah, kita sebagai mahasiswa harus mempunyai pola pikir yang jelas dan kritis
juga kreatif agar dapat mengatasi berbagai masalah di sekitar kita. Pola pikir
tersebut tidak dapat langsung terbentuk dalam waktu sekejap, namun kita bisa
mendapatkannya dari pendidikan di kampus dan keorganisasian di luar kampus.
Kita juga dituntut agar dapat berkolaorasi dan bekerja sama dengan orang lain
agar dapat mengembangkan sesuatu yang lebih besar. Jika kita sudah membentuk pola pikir yang baik,
kita akan tercetak menjadi pribadi yang berkarakter kuat, kritis, kreatif, dan
konstruktif dan akan menjadi bekal untuk menjadi pemimpin bangsa yang baik.
Yukiko P.H.
SITH-S
16113002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar