Jumat, 23 Agustus 2013

Resume Seminar Alexander

Alexander
FTSL
16613136

Jumat, 23 Agustus 2013.

                Generasi muda yang diharapkan kelak untuk menjadi pemimpin dan pelopor bagi segala tantangan yang akan dihadapi bangsa ini, tentunya perlu dibekali dengan pola pikir dan rasa cinta pada tanah airnya sendiri. Karena, bagaimana mungkin seseorang dapat mencintai dan berjuang untuk bangsanya ketika iya tidak mengerti dan memahami tentang siapa bangsanya dan apa yang dihadapi oleh bangsanya saat ini. Oleh karena itu dengan segala pembekalan yang diberikan, diharapkan bahwa rasa nasionalisme dan semangat juang serta kepekaan yang tinggi, tumbuh dalam diri setiap mahasiswa dalam dirinya sejak dini. Melalui pembekalan seminar yang dibawakan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Bpk. Gita Wiryawan, beliau menyampaikan bahwa sebagai putera – puteri terpilih yang dapat menempuh proses pendidikan di tempat yang terbaik tentunya mahasiswa perlu semakin mengasah kepekaannya terhadap problem yang dihadapi oleh Negara saat ini. Kepekaan ini tidak hanya terbatas terhadap satu aspek, melainkan juga berbagai aspek seperti ekonomi, social, dan politik bangsanya. Bagaimana kelak mahasiswa membentuk dirinya kemudian agar dapat memberikan pengaruh secara nyata terhadap bangsanya kelak. Mahasiswa diharapkan menjadi dan mengambil bagian sebagai “Agent of Change” bukan hanya terbatas pada seseorang yang ingin menempuh pendidikan. Karena sumber utama perkembangan suatu Negara didasari pada ketersediaan sumber dayanya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dengan menempuh segala proses pendidikan yang baik, mahasiswa lah yang kelak menjadi tombak perkembangan bangsa yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas baik dari segi ekonomi, politik, social dan budaya. Dikatakan bahwa kekayaan finansial yang dihasilkan oleh Indonesia menduduki peringkat ke 15 dunia. Hal ini masih jauh dari hasil optimal yang harusnya bisa dihasilkan lebih mengingat kondisi Indonesia yang luas dan besarnya jumlah sumber tenaga manusia yang dimiliki. Oleh karena itu produk – produk pendidikan lah yang diharapkan menjadi tonggak modal utam sumber daya manusia yang diharapkan dapat bersaing dengan sumber daya manusia global sehingga pertumbuhan Negara Indonesia dapat semakin meningkat.

                Kemudian, menunjukkan simbolisasi secara nyata bukti cinta terhadap tanah air juga ternyata diharapkan dan bahkan sudah banyak yang mewujudkan dengan berbagai macam cara yang berbeda. Salah satunya melalui pembekalan yang dibawakan oleh rekan – rekan senioa dari Wanadri, yang kemudian menyampaikan materi tentang kecintaan tanah air. Melalui Deklarasi Djuanda dinyatakanlah bahwa Indonesia ini merupakan Negara kepulauan dengan ribuan pulau yang menyelimuti dan tidak terhitung jumlahnya, ditambah lagi zona – zona territorial yang dimiliki sehingga semakin memperbesar kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa ini. Rasa cinta terhadap tanah air ini pula yang dapat ditunjukkan dengan tindakan – tindakan yang dapat dilakukkan secara nyata. Misalnya disalurkan melalui pelaksanaan ekspedisi – ekspedisi, sebagaimana yang telah dilakukkan oleh rekan – rekan dari Wanadri yang melakukkan ekspedisi Seven Summit dengan mendaiki tujuh puncak gunung tertinggi. Tujuan mereka sederhana, menancapkan Sang Merah Putih di puncak gunung – gunung tertinggi sebagai bukti bahwa rasa cinta terhadap tanah air nya diwujudkan melalui perjalan yang tidak mudah namun dapat dilakukkan. Melalui semangat inilah diharapkan agar rasa cinta terhadap tanah air dapat tersalurkan dengan kecintaannya terhadap alam di Indonesia, agar segala kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa ini tidak hilang dan di klaim terus – menerus dan perlahan menghilang diambil oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab atau bahkan Negara lain.

                Ilmu dan kecerdasan yang tinggi tidak aka nada artinya apabila hal tersebut hanya disimpan saja. Perlu adanya pengabdian yang kita lakukkan untuk Negara ini dan dengan dilakukkannya tindakan yang realistis. Sebagaimana yang dilakukan oleh beliau dengan kontribusinya terhadap pengembangan daerah – daerah terpencil di Indonesia dan memperoleh penghargaan sebagai “The Climate Hero” oleh WWF. Pembekalan yang dibawakan oleh Ibu Tri Mumpuni memaparkan bahwa mahasiswa di Institut Teknologi Bandung, memiliki potensi yang sangat besar dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi negaranya. Namun, pada kenyataanya, banyak yang kemudian hanya sekedar menempuh proses pendidikan di institusi teknologi ini kemudian terhalang oleh penarikan tenaga kerja oleh perusahaan – perusahaan asing, untuk mempertahankan eksistensi mereka terhadap bisnis yang mereka lakukkan di tanah Indonesia ini. Iming – iming tawaran dan fasilitas yang menggiurkan banyak ditawarkan oleh perusahaan asing tersebut yang kemudian sering kali membutakan mata para mahasiswa untuk mengabdikan ilmunya demi kesahteraan bangsa dan negaranya. Sehingga cenderung bahwa kekayaan alam potensial yang dimiliki oleh Negara kita ini dikuasai asing, dikelola asing, namun bodohnya dibeli oleh kita sendiri. Mahasiswa diharapkan kelak menjadi pribadi yang mau untuk menuntut ilmunya setinggi mungkin, namun tidak lupa untuk kembali memijakkan kakinya di tanah airnya untuk mengembangkan keberlangsungan aspek yang terjadi di Negara asalnya.

                Seminar akhir ditutup oleh seminar dari Kak Saska Alumni Teknik Elektro ITB, yang dalam pemaparannya menyampaikan bahwa sebagai seorang siswa yang mempelajari ilmu, hendaknya kita membentuk pola pikir sebaik mungkin.  Pola pikir inilah yang tidak dapat diperoleh melalaui proses akademik saja, namun perlunya pula pengajaran dalam bentuk soft-skill agar pribadi – pribadi dalam diri mahasiswa dapat menjadi garuda dan tidak mati sebagai manusia sia – sia yang hanya sekedar menempuh proses pendidikan, tanpa memiliki harpan untuk memberikan dampak yang berarti untuk bangsa dan negaranya. Sebagaimana dengan hal yang sudah disampaikan sebelumnya, dampak yang dapat diberikan oleh setiap pribadi mahasiswa dapat tersalurkan melalui berbagai macam cara. Dan yang perlu dicamkan dalam diri setiap pribadi adalah pengembangan karakter adalah hal yang essensial, dan kemamuan kita untuk melakukkan itulah yang terpenting, sehingga kita dapat terus bangkit dari kegagalan.


Bandung, 23 Agustus 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar