Sabtu, 24 Agustus 2013

RESUME OLEH ERY BUDIONO FTTM 16413170


MAHASISWA BARU YANG BERKEARIFAN LOKAL PEMIMPIN GLOBAL ABAD 21


Dua puluh tiga agustus 2013  mungkin adalah satu diantara hari-hari bersejarah dalam hidup saya. Pasalnya saya berjumpaa langsung dengan Bapak Gita Wirdjawan selaku menteri perdagangan dalam agenda seminar OSKM ITB 2013 di Sabuga. Beliau telah memaparkan banyak hal berkaitan dengan tantangan global kedepan terutama di bidang ekonomi. Beliau juga memaparkan peran mahasiswa yang berkearifan local sebagai penerima estafet kepemimpinan masa depan.

Sebagai pembuka seminar Bapak Gita menceritakan kebanggan beliau akan prestasi dua ganda Indonesia yang baru saja meraih medali emas di BWF Champhionship di Guangzhou, China. Sebagai bagian bangsa Indonesia beliau amat terharu dengan prestasi orang-orang Indonesia di kancah Internasional. Kemudian beliau menekankan kepada seluruh audiens yang hadir untuk meyakini kekuatan tekad dengan jargon; If you want it, you got it.

Selanjutnya Bapak Gita Wirdjawan mengajak audiens memasuki ranah ekonomi. Beliau menyatakan bahwa ekonom yang baik harus memeperhitungkan social wants dan geopolitical aspect. Kehendak rakyat terkait ekonomi harus diperhitungkan agar tidak ada keresahan pada rakyat terkait misalnya dengan harga barang dan sebagainya. Selain itu unsur demokrasi, pluralisme, dan kesejahteraan rakyat juga harus dipresentasikan secara apik di dunia Internasional.

Bapak Gita menandaskan bahwa Indonesia merupakan Negara muslim terbesar di dunia dan didalam kelompok G-20 Indonesia patut dijuluki sebagai Angle Section. Saat ini penduduk dunia sekitar 7 miliar jiwa dengan komposisi sekitar 23% adalah beragama Islam. Namun dari total penduduk tersebut nilai ekonomi Negara-negara muslim di dunia secara keseluruhan hanya 9%.  Indonesia pada 2013 adalah Negara ke 15 dengan ekonomi terbesar di dunia.  

Selanjutnya Beliau memaparkan bahwa kestabilan stabilitas politik dan ekonomi adalah kunci sukses sebuah bangsa dalam mengembangkan ekonominya. Butuh pemimpin muda yang memiliki kearifan lokal untuk memimpin ekonomi Indonesia. Kemudian Bapak Gita menjelaskan hakekat tarian Gangnam yang diproduksi oleh Korea Selatan. Musik dan Tarian Gangnam mengandung empat esensi pokok sebuah bangsa yakni kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Esensi kedua, ketiga, dan keempat sudah jelas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun untuk hal kemahiran teknologi tampaknya bangsa Indonesia masih tertinggal jauh dari Korea Selatan.

Kemudian Bapak Gita Wirdjawan memaparkan realitas dan ekspetasi ekonomi Indonesia. Saat ini Indonesia berada di Zona Transformasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sekitar 6%. Ekonomi dunia yang selama ini dikendalikan oleh Amerika Serikat cenderung mengalami pergeseran trend dengan munculnya Negara-negara ekonomi kuat di Asia seperti China dan Jepang. Saat ini total ekonomi Amerika adalah sekitar 15 Teriliun Dolar atau berada di peringkat pertama, disusul China dengan 8 Triliun dolar. Indonesia sekitar 1 triliun dolar. Nilai ini menyebabkan total ekonomi Indonesia menyumbang sekitar 43% dari total ekonomi Asia Tenggara. Jika ekspetasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap diatas 6%, maka selama 20 tahun kedepan presentase ekonomi bertambah Indonesia sekiar 60% dari sekarang. Ini akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu ekonomi terkuat. Namun bapak Gita menegaskan bahwa nilai tersebut mungkin akan terjadi dengan tidak adanya warna merah putih yang dominan bila masih merujuk pada strata ekonomi saat ini. Maka perlu penyikapan yang serius. Perlu ada modifikasi terhadap inovasi yang ada karena yang namanya penemuan tidak melulu ditemukan baru atau new invented.

Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Saat bapak seminar dalam rangka OSKM ITB 2013, memang tengah terjadi kegoncangan ekonomi global termasuk Indonesia. Nilai kurs rupiah terhadap dolar bahkan menembus Rp 11000,00 per dolar amerika. Ini merupakan gejolak yang timbul akibat kebijakan pelonggaran kuantitatif Amerika Serikat. Pada masa krisis Amerika telah mengurangi likuiditas melalui bank sentral. Namun saat ekonomi AS membaik Amerika Serikat menarik kembali likuiditasnya sehingga dana yang mulanya terinvestasi di Asia kembali pulang ke AS. Ini menyebabkan koreksi yang cukup tajam. Adapun menyinggung upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, bapak Gita Wirdjawan mengemukakan bahwa adanya upaya peningkatan produktivitas untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Bila produktivitas tidak ditingkatkan maka resiko Nedle Income Trap akan terjadi di Indonesia. Keadaan ekonomi tersebut terjadi dengan ditandai PDB yang berkisar $5000 sampai $7000 dollar Amerika namun negar tersebut tak berteknologi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PDB negara tersebut adalah mungkin bertumpu pada Industri “kasar” saja. Tahun ini PDB Indonesia adalah sekiatr $4000 dollar AS. Tahun depan sekiatar $5000 dollar As adalah masa transisi Indonesia untuk lepas dari Jebakan Neddle Income Trap.

Bapak Gita Wirdjawan juga membahas mengenai distribusi ekonomi di Indonesia. Menurut beliau mitos bahwa ekonomi Indonesia yang hanya bertumpu di Jakarta adalah salah. Dari tahun ketahun semenjak 2009 hingga sekarang total investasi di luar pulau jawa terus mengalami peningkatan mulai dari 18% pada 2009 dari total investasi, menjadi 33% pada tahun 2010, 41% pada 2011, dan 46% pada 2012. Semakin tinggi realisasi investasi di luar pulau jawa maka distribusi ekonomi akan semakin merata. Hal ini merupakan salah satu upaya pemrintah untuk menurunkan tingkat kesenjangan ekonomi yang ditelisik dari rasio Ginni. Walaupun terjadi peningakatan kesenjangan dari 3,1 menjadi 4,1 di tahun ini. Maka agar turun diusahakan investasi hilir yang bersifat padat karya, multiplikasi nilai diperbesar, dan penguasaan teknologi.

Menurut Bapak Gita Wirdjawan bahwa Indonesia harus menjadi Knowledge Economy, bukan Natural Resources Economy. Hal yang menjadikan kendala ekonomi di Indonesia sampai saat ini adalah masalah pendidikan dan pendanaan. Menurut bapak Gita, bahwa tahun 2014 masalah pendidikan mungkin agak teratasi dikarenakan alokasi pendidikan yang telah diperbesar hingga sekitar 360 triliun rupiah termasuk desentralisasi pendidikan. Namun masalah pendanaan masih menghantui kalangan pembisnis Indonesia untuk dapat bersaing dengan pembisnis asing. Pasalnya bunga yang masih 15 % akan menghambat jalannya Pengusaha mengembangkan usaha. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan suku bunga Malaysia yang hanya sekitar 2%. Untuk itu saat ini pemerintah telah berusaha menurunkan bunga.

Selain itu Bapak Gita Wirdjawan juga memaparkan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maksud Ekonomi ASEAN meliputi tiga hal yakni ASEAN sebagi basis produksi, ASEAN sebagai basis konsumsi, dan ASEAN sebagai basis persaingan global. Bapak menyatakan bahwa We’ve to be nationalistic, but sometimes to be internationlistic. Indonesia harus bisa memanfaatkan Ekonomi ASEAN bukan menjadi petaka bagi ekonomi Indonesia.

Pada akhir seminar bapak Gita berpesan kepada mahasiswa baru ITB 2013;Jadilah garuda-garuda yang kreatif, trampil, melek teknologi, dan nasionalis. Milikilah tekad sebagai pemimpin yang nasionalis dan mejaga kearifan lokal!



Jumat, 23 Agustus 2013

Pentingnya Kolaborasi

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.(CIFOR/PILI, 2005)

Kolaborasi sangat penting dilakukan, yang pada dasarnya manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dengan kolaborasi, manusia dapat mengerjakan pekerjaan dengan mudah dan dapat meningkatkan interaksi sosial terhadap orang lain. 

Fairuz Radita
16813207
FSRD
Resume Seminar

Siapapun pemimpin di sebuah negara harus jelas demokrasinya. Indonesia adalah negara muslim terbesar di G20 disisi ekonomi, namun ekonomi islam didunia hanya 9%. Kita bisa sukses jika mengedepankan pluralisme di negara Islam. Perekonomian di Indonesia butuh pemimpin yang memiliki kearifan lokal dapat memanfaatkan SDA. Indonesia butuh pemuda yang aktif dan inisiatif, dan diharapkan maju dalam bidang olahraga dan pendidikan. Jangan sampai budaya murah kenyang mendarah daging. Pada tahun !992, Korsel dianggap bodoh dan pemalas oleh orang-orang, namun kenyataannya, korsel justru maju dengan eksportasi budaya dan teknologi.

Indonesia perlu meningkatkan 6% produktifitasnya, jika tidak, Indonesia bisa tidak bisa keluar dari middle income trap. Teknologi harus dikembangkan, jadi tidak hanya menjual SDA saja.

Nama: Fairuz Radita
NIM: 16813207
Fakultas: FSRD

RESUME SEMINAR OSKM 23 AGUSTUS

RESUME SEMINAR OSKM

Pada tanggal 23 Agustus 2013, Mahasiswa baru ITB 2013 dikumpulkan di gedung sabuga untuk mengikuti seminar. Seminar ini dimoderatori oleh Maria Selena dan diisi oleh 4 orang narasumber. Keempatnya adalah Bp. Gita Wiryawan selaku mentri perdagangan, Indra Hidayat dari WANADRI, ibu Tri Mumpuni dan Kak Saska dari RisetIndie. Isi seminar tersebut kurang lebih :

1.       Gita Wiryawan
Pertama-tama bapak Gita wiryawan memaparkan posisi ekonomi indonesia yang berada di peringkat 15 duni dengan pertumbuhan ekonomi 6% per tahun. Selanjutnya beliau bercerita tentang kemenangan 2 ganda Indonesi di kejuaraan bulu tangkis dunia. Beliau juga mengatakan bahwa bangsa yang menghilangkan kearifan lokalnya sama saja menghilangkan jati diri bangsa tersebut, untuk itu kita harus bisa menggarudakan Diri kita, kata beliau budaya murah kenyang adalah budaya yang salah. Beliau mengatakan bahwa saat ini perekonomian Indonesia sudah mulai tersebar dibuktikan dengan 46% realisasi investasi yang terjadi di pulau Jawa. Di akhir, beliau berpesan kepada kita, “Jadilah Garuda-garuda yang kreatif, trampil, berteknologi dan memiliki semangat kebangsaan”

2.       WANADRI (Indra Hidayat)
Beliau memaparkan tentang ekspedisi-ekspedisi yang telah dilakukan oleh WANADRI, ia juga memaparkan tentang dampak deklarasi Djuanda terhadapa wilayah NKRI. Ia mengatakan bahwa negara kita ini merupakan negara kelautan yang bertabur pulau dan masih banyak yang belum terjamah.  Untuk itu lah beliau mengajak kita sebagai calon pemimpin bangsa untuk menjaga dan memanfaatkannya.

3.       Tri Mumpuni
Beliau menjelaskan bahwa sebagai calon pemimpin kita harus bisa menyatukan antara logika dan perasaan. Beliau menjelaskan bahwa negara kita ini negara yang kaya akan SDA namun belum bisa memanfaatkannya. Beliau memaparkan tentang banyaknya desa yang belum dialiri listrik padahal SDA di tempat itu berlipat.  Untuk itu beliau mengajakak kita untuk bisa mejadi pemimpin yang bukan hanya manusiawi namun juga bisa memberi manfaat.

4.       Riset Indie (Saska)

Ia menjelaskan tentang riset indie yang merupakan lembaga riset mandir. Program program yang sudah terlaksana adalah Polaroid dan Animatronik dan saat ini sedang dalam proses perancangan program Angkot day. Ia juga memaparkan tentang pentingnya sebuah kolaborasi bagi seseorang.


Faisal Prabowo
16513183
STEI

Pentingnya Kolaborasi (Yukiko P.H.)

PENTINGNYA KOLABORASI

Kolaborasi adalah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Definisi dari kolaborasi disini adalah melakukan kerjasama dengan orang atau instansi lain untuk mencapai tujuan yang sama secara efektif dan lebih cepat. Dengan berkolaborasi, kita dapat melakukan hal besar dengan waktu dan usaha yang lebih sedikit daripada bekerja sendiri karena disini kita dibantu oleh orang lain. Kenapa sih kolaborasi penting? Menurut persepsi saya, dengan adanya nya kolaborasi, semua hal akan dapat dikerjakan dengan mudah. Mengingat kita sebagai makhluk sosial yang butuh orang lain dan tidak dapat bertahan sendiri, janganlah gengsi untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Di dalam kehidupan masyarakat  kini, ada banyak masalah yang sebagian sangatlah rumit dan butuh kolaborasi dengan berbagai pihak agar dapat menyelesaikannya dan menemukan solusi untuk masalah tersebut. Kita sebagai generasi penerus bangsa dan calon pemimpin bangsa dituntut agar dapat bekerja sama dalam mengatasi berbagai masalah di negeri ini demi kesejahteraan kita semua.

Yukiko P.H.
SITH-S

16113002

Resume Seminar (Yukiko P.H.)

Resume Seminar OSKM ITB 2013

Seminar yang diselenggarakan oleh panitia OSKM ITB 2013 khusus untuk menyambut Ganesha muda 2013 ini diadakan pada hari Jum’at 23 Agustus 2013 di gedung Sasana Budaya Ganesha. Pembicara-pembicara hebat yang diundang pada seminar ini adalah Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2010-2014 (Bapak Gita Wiryawan), Ketua Wanadri (Indra Hidayat), Ibu Tri Mumpuni Wiyatno, dan Ketua Riset Indie (Saska), dan di moderating oleh Puteri Indonesia 2011 (Maria Selena).
                Pertama-tama, acara di mulai dengan sambutan dari perwakilan Sekjen OSKM 2013, lalu dilanjutkan oleh presiden KM ITB (Nyoman Anjani), kemudian sambutan terakhir dari Wakil Rektor ITB (Bapak Kadarsha). Seminar sesi pertama disampaikan oleh Bapak Gita Wiryawan. Beliau mengungkapkan bahwa semangat kemahasiswaan kental dengan kearifan lokal yang identik dengan misi OSKM 2013 ini. Bila kita membicarakan kemerdekaan, kemerdekaan disini bukan hanya suatu kebebasan, akan tetapi kemerdekaan pada diri kita merayakan apapun yang kita banggakan dan apapun yang memberikan kita kebanggaan. Perekonomian Indonesia butuh pemimpin yang lekat dengan kepentingan rakyatnya namun tetap tidak lepas dari kepentingan yang menyangkut geopolitik Indonesia.
                Pada turnamen bulu tangkis di Guangzhou, Beliau memberikan motivasi kepada para atlet dengan berkata,”if you want it, you will get it”. Bila kita belajar dari Bapak Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bapak Soekarno, sebelum meraih kemerdekaan Indonesia, Beliau sudah mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai kemerdekaan bangsa ini dan identik dengan contra revolutioner. Siapapun yang akan memimpin Indonesia, harus mempunyai visi dan misi yang jelas untuk kedepannya dan kental dengan unsur pluralisme dan pemerataan yang dapat direfleksikan ke komunitas internasional namun jangan sampai salah arah dan persepsi. Dengan mengedepankan pluralisme, kita dapat sukses dari negara lain dari segi ekonomi.
                Nah, bagaimana caranya agar kita mampu mencapai hal itu? Dibutuhkan pemimpin yang punya kearifan lokal dalam dirinya dan tidak menghilagkan kebudayaan sendiri. Selain itu, kita butuh pemimpin yang proaktif yang dapat meng-“gangnam”-kan diri dalam  aspek, yaitu:
1.       Kemahiran teknologi dan informasi
2.       Kekayaan budaya
3.       Kesinambungan demokrasi
4.       Kemajuan ekonomi

Bila kita membuka mata, sebenarnya Indonesia mempunyai 2 aspek yang menguntungkan agar dapat maju, yaitu masa transformasi yang cepat dan tempat yang strategis. Namun kita tetap saja kalah dari China, Jepang dan Korea. Masyarakat kita mayoritas sangat menyukai budaya “kenyang murah” dari China yang jelas-jelas salah parkir. Seharusnya kita harus punya budaya yang bangga akan berbangsa.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan negara-negara lainnya masih dibilang belum memuaskan, karena hanya bekisar pada kisaran 1%. Bila kita ingin meningkatkannya menjadi 7%, produktivitas tenaga kerja harus ditingkatkan 60% per unit. Dengan cara itu, kita juga dapat lepas dari middle income trap . Mitos bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berlangsung di Jakarta dapat dipatahkan dengan fakta bahwa sebnarnya realisasi investasi lebih banyak di luar Pulau Jawa.  Hal itu dapat membatu meratakan kesejahteraan di Indonesia. Jika kita ingin memajukan Indonesia dalam segi ekonomi, kita harus mempunyai senjata agar dapat bersaing di Asia. Senjata itu adalah, meleknya teknologi, cinta budaya, dan mempunyai semanga kesatuan.
Pesan terakhir dari Bapak Gita Wiryawan adalah,”we have to be nationalistic, but in the same time, we have to be internasionalist”. Kita sebagai generasi-generasi muda penerus bangsa dan calon pemimpin bangsa harus menjadi Garuda-Garuda yang kreatif, terampil berteknologi, dan mempunyai semangat kebangsaan. Jadilah pemimpin bangsa yang bangga berbangsa dan terus menjungjung tinggi nilai kearifan lokal di dalam dan di luar kampus.
Sesi kedua dari seminar ini dibawakan oleh Ketua Wandari, yaitu Indra Hidayat yang berjudul “Cinta Tanah Air”. Indonesia adalah negara maritim dan kepulauan yang sangat kaya dengan keindahan alam dan sumber daya alamnya. Dahulu sebelum ditetapkannya zona ZEE dan lainnya, luas Indonesia tidaklah seluas sekarang.
Indra Hidayat menyampaikan bahwa alam indonesia sangatlah kaya. Kita mempunyai bioregional, pesisir-pesisir, pulau-pulau yang berjumlah lebih dari 17.000 pulau, sungai yang beragam, kawasan karst, medan khas, dataran yang bervariasi, pegunungan vulkanik, dan mempunyai 34 provinsi. Semua itu sebenarnya sangat menguntungkan Indonesia karena kita mempunyai Sumber Daya Alam yang melimpah.
Namun, ada beberapa kendala yaitu, intervensi budaya dan berbatasan dengan 10 negara tetangga. Banyak negara-negara tetangga yang mencoba merebut wilayah dan sumber daya alam kita. Tak sedikit kawasan Indonesian yang telah diakui oleh negara lain. Hal itu disebabkan kurang sadar dan cintanya kita terhadap warisan kekayaan Indonesia dan menyia-nyiakannya. Sebagai mahasiswa penerus generasi bangsa kita harus melindungi dan menghargai semua kekayaan hayati milik kita dengan sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan.
Seminar sesi berikutnya dibawakan oleh Ibu Tri Mumpuni Wiyatno. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk memberdayakan lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia da mendapatkan gelar “Claimed Hero” dari WWF. Seminar dari Ibu tri Mumpuni kali ini beropik “Integritas dan Kompetensi Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa”.
Beliau menyampaikan bahwa manusia yang berakal sehat harus mempunyai logika dan empati yang saling seimbang dan berinteraksi. Dengan memiliki akal sehat, nantinya kita akan dapat membaca Indonesia dengan baik.
Indonesia adalah negara yang mempunyai SDA yang sangat melimpah. Namun, dibutuhkan paradigma yang benar dan tepat agar dapat memakmurkan dan memberdayakan  masyarakat Indonesia. Ironisnya, dari 245 juta penduduk Indonesia, ada > 100 juta penduduk belum belistrik.  Masih ada lebih dari 60 juta anak Indonesia yang kondisinya sangat ironis. Hal itu disebabkan karena telah melencengnya definisi ekonomi dan wirausahaan sosial saat ini yang hanya memikirkan keuntungan pribadi dan bukan memikirkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Mereka menjual semua SDA Indonesia kepada perusahaan luar negeri dan mengakibatkan miskinnya penduduk lokal setempat karena perusahaan asing hanya menjadikan mereka sebagai kuli yang digaji kecil.
Beliau berpesan kepada mahasiswa muda generasi penerus bangsa agar tidak serta merta “menjual” Indonesia hanya karena iming-iming “Dollar”. Kita harus menjadi orang sukses yang kelak aka menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini dan menyebarkan “Merah Putih” di seluaruh Indonesia.
Sesi terakhir dari seminar OSKM ITB 2013 kali ini dibawakan oleh Saska, pendiri Riset Indie. Riset Indie ini adalah sebuah kolektif penelitian dengan spektrum ranah yang luas (teknologi, sosial, media) dan dikerjakan secara mandiri. Project yang telah diikerjakan oleh Saska dan tim nya adalah Project Polaroid, Project Alinea, dan Angkot Day yang akan berjalan 20 September nanti.
Sebenarnya, yang ingin disampaikan Saska dalam seminar ini adalah, kita sebagai mahasiswa harus mempunyai pola pikir yang jelas dan kritis juga kreatif agar dapat mengatasi berbagai masalah di sekitar kita. Pola pikir tersebut tidak dapat langsung terbentuk dalam waktu sekejap, namun kita bisa mendapatkannya dari pendidikan di kampus dan keorganisasian di luar kampus. Kita juga dituntut agar dapat berkolaorasi dan bekerja sama dengan orang lain agar dapat mengembangkan sesuatu yang lebih besar.  Jika kita sudah membentuk pola pikir yang baik, kita akan tercetak menjadi pribadi yang berkarakter kuat, kritis, kreatif, dan konstruktif dan akan menjadi bekal untuk menjadi pemimpin bangsa yang baik.

Yukiko P.H.
SITH-S
16113002



Pentingnya Kolaborasi (Mutiara Nuraini Putri)

Mutiara Nuraini Putri
16213054
SF

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI, 2005).
Dari definisi tersebut, kita sebagai pemuda dan mahasiswa harus bisa mengambil arti penting dan memulai kolaborasi tersebut. Mengapa? Karena dengan berkolaborasi, kita bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Contoh yang pernah dilakukan oleh mahasiswa baru ITB 2013 dalam membentuk kata #untukIndonesia, jika tidak dilakukan dengan kolaborasi, hal tersebut tentu akan tidak terselesaikan. Kolaborasi yang dilakukan oleh para penanggungjawab dan para mahasiswa lainnya menjadikan projek ini berhasil dengan baik. Contoh lain, saat seminar oleh bapak Gita Wirjawan, disampaikan bahwa untuk menjadikan Indonesia lebih baik dibutuhkan sebuah kolaborasi dari segala elemen bangsa, bukan hanya di bidang bulu tangkis, namun di segala aspek, misalnya teknologi, pendidikan dan ekonomi. Bisa kita bayangkan jika kolaborasi dari segala elemen bangsa itu membuat hal yang membanggakan, Indonesia bisa menjadi negara yang bisa bersaing dengan negara lain.
Mahasiswa banyak mengambil peran penting di Indonesia sudah sejak sebelum kemerdekaan. Misalnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda. Dan hal itu tidak bisa dipungkiri merupakan hasil dari kolaborasi dari pemuda-pemuda Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa hidup sendiri dan perlu bekerja sama dengan orang lain untuk membangun sesuatu yang besar, termasuk membangun Indonesia yang lebih baik.

RESUME SEMINAR OSKM 2013 (Mutiara Nuraini Putri)

Mutiara Nuraini Putri
16213054
SF

Pada tanggal 23 Agustus, dalam rangkaian acara OSKM 2013, telah dilaksanakan seminar yang dihadiri oleh beberapa pembicara yang sangat mengedukasi para mahasiswa baru ITB angkatan 2013.

Pembicara yang pertama adalah Menteri Perdagangan, yaitu bapak Gita Wirjawan. Beliau juga sekarang menjabat sebagai ketua umum PBSI. Semangat kemahasiswaan sangat kental dengan kearifan lokal. Dan jika kita membicarakan mengenai kemerdekaan, kita bukan hanya membicarakan kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahun, namun juga berbicara tentang kemerdekaan kita sendiri, apalagi sebagai seorang pemuda. Perekonomian Indonesia membutuhkan pemimpin yang mengerti kebutuhan rakyat Indonesia. Masa depan kita di abad 21 tidak akan bisa lebih relevan secara geopolitik, diplomatik, ekonomi, maupun politik sosial, tanpa kapasitas kita dalam menguatkan moral dan mengedepankan semangat untuk menghapus korupsi. Hal ini sangat erat dengan pemimpin Indonesia sebelumnya dan pemimpin yang kita harapkan ke depan. Siapapun itu, pemimpin kita harus erat dengan suatu bungkusan yang isinya adalah unsur demokrasi, pluralisme, kesejahteraan, tapi kental dengan pemerataan. Dan hal itu harus diproyeksikan ke komunitas internasional secara apik. Ekonomi Indonesia juga butuh pemimpin-pemimpin muda dengan kearifan lokal. Pembangunan Indonesia yang tepat bukan berarti menghilangkan adat istiadat atau menghilangkan kekayaan budaya. Perekonomian Indonesia harus bisa memajukan potensi yang ada. Bangsa yang pemudanya menyia-nyiakan kearifan lokal adalah bangsa yang kehilangan jati dirinya Hal tersebut juga harus dikaitkan dengan 4 hal yaitu, kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya dan kemajuan ekonomi. Kita harus berbudaya dengan bangga berbangsa. Pada intinya, Indonesia butuh pemimpin yang bisa menjawab tantangan dan itu sangat berhubungan dengan geopolitik dan permintaan rakyat dengan mengedepankan nasionalisme. Generasi Garuda merupakan generasi yang kreatif, terampil, berteknologi yang bersemangat kebangsaan dan selalu menjunjung kearifan lokal.

Pembicara yang kedua adalah kak Indra Hidayat yang merupakan anggota WANADRI, sebuah organisasi yang bergerak dalam kegiatan alam bebas. Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh WANADRI ini, seperti pendakian gunung dengan puncak tertinggi di Indonesia maupun di dunia dan melakukan ekspedisi. Maka dari itu, mereka sangat mengerti keadaan Indonesia yang sangat luas, dengan banyak pulau, keberagaman budaya dan sangat beraneka ragam hayatinya, sehingga Indonesia bisa disebut dengan negara yang kaya. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi Indonesia dengan kekayaannya tersebut, kendala tersebut yaitu Interprestasi budaya dan Bencana. Sebagai pemuda, sudah seharusnya kita sadar diri, sadar lingkungan dan sadar tujuan untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi.

Pembicara yang ketiga adalah Ibu Tri Mumpuni, seorang pemberdaya listrik di lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia. Ibu Tri Mumpuni membahas mengenai Integrtitas dan Kompetensi. Dengan integritas dan kompetensi yang dimiliki pemuda Indonesia diharakan bisa menciptakan kemandirian dan kesejahteraan bangsa. Dua hal yang harus diperhatikan dari Integritas dan Kompetensia, yaitu pertama, Pengetahuan (Logika) dan yang kedua, Perasaan (Empati). Yang paling penting adalah dua hal tersebut harus bisa berkomunikasi.Tanpa dua hal tersebut pemuda hanya membaca Indonesia untuk diri sendiri. Paradigma yang tepat dn kebijakan pro kearifan lokal adalah masyarakat lokal bisa memanfaatkan Sumber Daya Alamnya.
Definisi umum saat ini mengenai ekonomi adalah keadaan seimbang dinamis antara investasi dari konsumsi untuk mencapai setinggi-tingginya pertumbuhan. Makin tinggi pertumbuhan, maka makin tinggi juga ekonominya. Namun saat ini, ekonomi menjadi alat dari kebiasaan perhitungan rutin sehari-hari untuk mencapai angka dan besaran tertentu. Solusi dari hal itu adalah Kewirausahaan sosial, dimana setiap orang adalah unik. Maksudnya adalah keadaan kehidupan jutaan manusia yang melakukan kegiatannya yang disukainya sebaik-baiknya. Selain itu ada 3 hal penting yang harus dicermati, pertama Pelurusan Visi Pembangunan, Perubahan Paradigma Investasi dan Pembatasan Pertumbuhan Usaha. Untuk menciptakan semua itu diperluka pribadi yang pro-lingkungan dan pro-masyarakat lokal.

Pembicara yang terakhir adalah ka Seterhen Akbar atau sering dipanggil kak Saska, yang merupan pendiri Riset Indie.  Riset Indie adalah sebuah komunitas penelitian untuk menyalurkan teknologi, sosial, ekonomi dan media yang kemudian dibuat menjadi sebuah bentuk usaha. Projek yang telah dilakukan Riset Indie antara lain:
  • Riset Indie:Polaroid. Projek ini bereksperimen dengan film kamera polaroid, kamera polaroid, dll. Bentuk usaha dari projek ini adalah menjual film dan kamera polaroid.
  • Animatronic. Projek ini mengembangkan teknologi 50-an dari Disney, yaitu membuat sebuah robot yang dipakaikan topeng sehingga seperti manusia sungguhan.
  • Angkot Day. Projek ini merupakan projek penelitian di bidang ekososial.
Projek-projek tersebut merupakan projek yang hebat, namun semua itu te.ntunya dilakukan dari sesuatu yang kecil dan perlahan menjadi seseuatu yang hebat dan besar 

Resume Seminar OSKM

Nama: Fauzi Gunawan Nurantono
NIM: 19713030
Fakultas: SBM


Kearifan lokal, 2 kata yang dilontarkan bapak mentri perdagangan ini. Mengapa demikian? OSKM ITB tahun ini mengusung tema kearifan lokal. Hal inilah yang disampaikan mentri perdagangan Bapak Gita Wirjawan. Dalam seminarnya di Sabuga bapak mentri perdagangan ini menjelaskan bahwa di Indonesia dibutuhkan pemimpin yang mengerti apa yang diinginkan masyarakat. Hal itu tidaklah mudah sebab keinginan masyrakat sangat beragam sangat beragam dan senaiknya kita sebgai tonggak tonggak penerus bangsa harus bisa mewujudkan apa yang diinginkan masyarakat indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memilki potensi besar untuk dimajukan oleh pendiri pendiri bangsa yang akan lahir. !7ribu kepulauan Indonesia yang harus kita jadikan maju. Indonesia bukan saja kaya akan alamnya namun Indonesia akan kaya dengan kultur budayanya
Inodnesia memiliki potensi sebagai negara yang akan sangat maju di masa depan dengan adanya berbagai SDA yang melimpah luas dan membentang dimana saja. Namun pada kenyataannya SDA tersebut malah digunakan oleh bangsa bangsa asing yang mengambil satu persatu. Kesejahteraan di negra Indonesia dijelasakan bahwa masih banyak daerah terpencil masih tertinggal terutama dalam segi listrik. Indonesia sangat banyak memiliki pembangkit listrik yang berasal dari geotermal atau air terjun. Kini saatnya tugas kita untuk membuat semua daerah menjadi terang

Riset Indie yang diusung oleh kak Saska adalah dimana setiap risetnya daoat membuat inovasi inovasi yang baru. Indonesia memiliki banyak sekali calon pendiri bangsa. Tugas kita untuk mewujudkan inovasi inovasi yang dapat memajukan bangsa Indonesia

Pentingnya Kolaborasi

Nama: Fauzi Gunawan Nurantono
NIM: 19713030
Fakultas: SBM


Setiap manusia tidak pernah berdiri sendiri. Dalam setiap permasalahan manusia tidak sendiri dalam penanganan masalah tersebut karena manusi adalah makhluk yang sosialis dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.
Kolaborasi adalah dimana kita dapat mempercepat penyelesaian masalah dengan dibantunya oleh orang lain sehingga dapat selesai dengan cepat. Bayangkan saja setiap orang hanya mengerjakan sebuah permasalahan yang besar oleh seorang diri dan hal ini akan memakan waktu yang sangat lam karena dipakasa untuk berfikir keras.

Namun coba kita ganti pola pikir tersebut dengan kolaborasi. Setiap penanganannya dapat diselesaikan dengan cepat karena permasalahan tersebut diselesaikan oleh sub sub masing masing yang dibagi sesuai bindangnya sehingga dalam waktu yang bersamaan permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan cepat dan mudah karena adanya interaksi antara satu dengan yang lain. Kolaborasi sangat penting di dalam kehidupan manusia. Contohnya saja teh tidak akan manis jika tidak diberi gula. Intinya setiap kehidupan di masyarakat akan selalu tercipta kolaborasi. Karena kolaborasi sangat dibutuhkan di berbagai aspek. Tidak mungkin manusia dapat menyelesaikan masalah hanya seorang diri

RESUME SEMINAR DI SABUGA (ATHAYA DHIYA ZAFIRA – FTSL -- 16613316)

Setelah selesai melaksanakan seminar seharian di gedung sabuga tadi siang  yang diisi oleh beberapa pembicara luar biasa, saya merasa mendapat banayk pelajaran yang menambah wawasan dan pola piker baru yang sangat menginspirasi. Beberapa ilmu yang saya dapatkan itu akan saya share kepada pembaca sekalian dalam resume yang saya buat kali ini, dan saya harap para pembaca khususnya mahasiswa baru seperti saya ini mendapatkan banyak manfaatkan yang dapat diambil.
 
Pembicara pertama diisi oleh bapak Gita selaku Menteri Perdaganagn sekaligus ketua PBSI. Beliau memberi petuah yakni penekanan tentang pentingnya soft skill bagi mahasiswa, suatu hal yang dapat dikatakan harus benar- benar diperhatikan terutama di masa global seperti sekarang ini. Soft skill tersebut harus pula dipadukan dengan keinginan berlimpah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perpaduan ini akan menciptakan suatu kolaborasi saling isi dan saling dukung guna mencapai hasil sebaik mungkin atau setidaknya sesuai dengan target yang diinginkan. Kecermatan memang diperlukan dalam merancang masa depan mengingat apa yang kita lakukan dan ingin kan saat ini untuk masa depan kita memiliki relevansi yang kuat dengan masa depan kita itu sendiri. Mahasiswa pun dituntut untuk dapat menjadi individu- individu yang kelak dapat membangun, mengembangkan, serta mempertahankan kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kesejahteraan yang syarat akan pemerataan demi mempertahankan kekompetitifan NKRI. Dan pesan dari menteri Perdagangan RI yang terakhir dallah “Jadilah Garuda- Garuda yang kreatif, terampil, berteknologi, yg punya semangat kebangsaan!" If you want it, you’ll get it!.

Pembicara kedua diisi oleh kakak Indra Hidayat, ia adalah salah seorang anggota Wanadri. Wanadri itu sendiri adalah organisasi yang mewadahi bagi para pecinta tanah air. Wanadri ini mengenalkan pada kita banyak hal dari mulai luas daratan Negara tercinta kita ini seluas 1,8juta kilometer persegi dan luas perairan kita ini mencapai 3.1 juta kilometer persegi. Seperti kita tahu, Negara Indonesia ini sebenarnya merupakan Negara kaya yang memiliki banyak keistimewaan. Diantaranya, Indonesia memiliki 17 ribu pulau dari sabang sampai merauke. Indonesia juga memiliki pesisir dan garis pantai terpanjang di dunia, memiliki bioregional, memiliki banyak kawasan karst, gunung vulkanik dan masih banyak lagi.Jadi pertanyaanya sekarang apa yang harus dibanggakan dari Negara lain kalau Negara kita sendiri saja sudah sangat kaya dan istimewa. Maka mulai sekarang mulai lah untuk mencintai bangsa kita sendiri dan sadar lahakan diri kita kita sendiri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan yang ingin kita capai. Meskipun kita memiliki bebrapa kendala dalam menciptakan keharmonisan kita pada lingkungan seperti adanya intervensi budaya, bencana alam, dan kesalahan orientasi kita terhadap kehidupan, itu tidak akan megurangi rasa cinta kita pada bangsa ini apabia ldalam diri kita sudah tertancap rasa nasionalis yang kuat dan bertanggungjawab melestarikan segala yang bangsa ini milik iuntuk kita warisi kepada anak cucu kita. Karena kebanggaan terbesar itu bukan ketika kita berhasil mendaki puncak tertinggi ataupun memperoleh sesuatu, tetapi ketika kita berhasil memberikan kontribusi bagi bangsa ini.

Pembicara yang ketiga yaitu IbuTrimumpurni, Ibuti ini menyampaikan tentang integritas dan kompetensi alumni ITB untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa.Yang perlu dimiliki diri kita untuk mengembangkan itu semua ada duaya itu, logika dan empati. Ironis saat ini seperti kita tahu banyak sekali sarjan-sarjana tekhnik, baik tekhnik elektro sipil dan lain sebagainya tapi lebih dari 100 juta penduduk belum merasakan listrik. Kenapa ini bias terjadi karena pola piker orang kitni tentang bermakna bahwa ekonomi adalah keadaan setimbang dinamis antara investasi dan konsumsi untuk mencapai setingi-tingginya pertumbuhan. Padahal seharusnya pertumbuhan itu sendiri harus terikat atau terbatas pada nilai optimal untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, tapi yang terjadi malah ekonomi dijadikan alat dari kebiasaan untuk memperkaya diri sendiri tanpa peduli kesejahteraan dan lingkungan masyarakat. Maka fenomena yuang mengkhawatirkan ini mengharuskan kita untuk memanusiawi diri kita dan bangsa ini yaitu dengan cara:          
  1. Pelurusan visi pembangunan 
 2. Perubahanparadigmainvestas
3. Pemnbatsanpertumbuhanusaha
Ingat bahwa Logika + Perasaan = Akal Sehat yang manusiawi

Pembicara yang keempat adalah kaka Saska, beliau adalah ketua sekaligus pendiri Riset Indie.Riset Indie ini telah melakukanbeberapa project seperti Project Polaroid, Project Alinea (animatronik), dan project yang akan segera dilaknsanakan pada bulan September tahun ini yaitu Angkot Day.Project-project ini mampu menginspirasi kita bahwa banyak hal sebenarnya yang dapat kita lakukan untuk bangsa ini meskipun pada saat kita melangkah banyak hal yang menghadang itu semua tapi yakinkan bahwa itu semua adalah awal untuk sebuah pencapaian yang optimal.Karena perubahan tidak terjadi secara instan, semua membutuhkan proses dan akan selalu dimulai dari hal yg kecil terlebih dahulu.

ARTI PENTING KOLABORASI (ATHAYA DHIYA ZAFIRA – FTSL -- 16613316)



APA SIH ARTI PENTING KOLABORASI???

Disini saya akan mencoba menjawab mengenai pertanyaan diatas, kita umpamakan seorang presiden yang berkekuasaan tinggi disuatu Negara,namun tanpa kolaborasi yang baik dengan para menteri atau jajaran lain dalam system pemerintahan seperti lembaga legislative dan sebagainnya, maka akan sulit merncapai tujuan Negara tersebut. Karena seorang Presiden itu tentu tidak akan mampu menggung tiap-tiap masalah yang ada tanpa adanya dukungan bantuan dan kerjasama dari pihak lain. Begitupun dengan kita, para calon penerus bangsa seberapa hebatnya kita dalam suatu bidang tanpa kita mampu menjalin suatu kolaborasi atau kerjasama dengan orang –orang lain yang mungkin memiliki keahlian di bidang yang tidak kuasai maka kita tidak akan lebih baik dari orang_orang yang biasa saja namun mapu bekerjasama untuk menciptakan inovasi-inovasi baru. Jadi, berkacalah pada diri sendiri dan sadari bahwa kita tidak akan jadi apa-apa tanpa kolaborasi, maka bekerjasamalah karena ada saatnya orang lain mampu melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan !

Pentingnya Kolaborasi (By: Muhamad Gidry Abdurrazak)

Pentingnya Kolaborasi


Muhamad Gidry Abdurrazak
19813144
SITH-R
SMA Negeri 1 Bogor

Kolaborasi merupakan suatu bentuk dari interaksi sosial. Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.  (http://ecopedia.wordpress.com/). Kolaborasi sangat penting bagi manusia sebagai makhluk sosial. Dengan kolaborasi, manusia dapat mewujudkan suatu tujuan bersama dengan adanya kemauan untuk menjalani proses mencapai tujuan tersebut. Mahasiswa ITB pun perlu berkolaborasi dalam proses mencapai tujuan bersama, karena dengan kolaborasi persentase keberhasilan untuk mencapai tujuan akan naik. Bahkan kolaborasi antarmahasiswa pun dapat membawa perubahan besar bagi bangsa ini.

Contohnya adalah saat mahasiswa baru ITB angkatan 2013 berkolaborasi untuk membentuk huruf-huruf  raksasa dari manusia yang bertuliskan "#untukindonesia". Kolaborasi antara mahasiswa-mahasiswa ITB yang sebenarnya berasal dari background keahlian yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama pun berhasil mengkreasikan huruf-huruf tersebut dan merangkainya menjadi kata-kata yang tersusun sesuai rencana dan tujuan.

Selain itu, kolaborasi mahasiswa dalam dan antar perguruan tinggi dalam sejarah kemahasiswaan memiliki andil yang besar. Sejarah mencatatkan organisasi-organisasi seperti PPPI yang memotori Sumpah Pemuda 1928, KAMI yang punya andil dalam melahirkan Orde Baru, dan Gerakan 1998 yang ikut menggulirkan reformasi, adalah bentuk dari kolaborasi bersama antar mahasiswa Indonesia yang dapat membawa perubahan luar biasa terhadap NKRI, dan mahasiswa ITB pun sangat aktif dalam organisasi dan gerakan kemahasiswaan kolaborasi mahasiswa se-Indonesia ini.

Oleh karena itu, menurut saya kolaborasi merupakan hal yang sangat penting, khususnya bagi mahasiswa ITB. Karena dengan kolaborasi, banyak hal besar yang yang dapat dilakukan dan bahkan dapat membawa perubahan luar biasa di Indonesia.

Pentingnya Kolaborasi (By : Enrico)


Enrico
16313087
FITB
SMA Marsudirini Bekasi
Pentingnya Kolaborasi
                Segala sesuatu tidak dapat berdiri dengan baik tanpa dukungan dari pihak lainnya, untuk itu diperlukan suatu kolaborasi atau kerja sama yang baik pula. Dengan adanya kolaborasi, hasil kerjanya diharapkan dapat lebih efisien dan maksimal. Namun untuk mendapatkan hasil kolaborasi yang baik, diperlukan pengertian yang baik antara satu sama lain. Dengan saling pengertian satu sama lain maka dihasilkanlah keharmonisan kelompok yang berkolaborasi  untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih ringan untuk diraih karena dikerjakan secara bersama dan terencana. Yang terpenting dalam berkolaborasi satu sama lain sebenarnya adalah komunikasi. Tanpa adanya komunikasi yang jelas dan terarah, kolaborasi kelompok akan terasa membebani masing-masing anggotanya. Maka dari itu diperlukan kemampuan komunikasi yang baik dalam berkolaborasi sangat penting untuk mengarahkan kelompoknya sehingga tercapailah tujuan yang direcanakan sebelumya. Jangan lupa juga untuk saling menghargai dan menghormati setiap orang yang akan berkolaborasi atau bekerja sama dengan kita. 

Tentang Kolaborasi

Kolaborasi. Apa yang muncul di benak anda ketika terdengar kata kolaborasi? kolaborasi artinya bekerja sama dalam suatu hal baik itu positif maupun negatif. Tetapi yang akan kita bahas adalah dimana kolaborasi memberikan hal positif dan memberi nilai tambah bagi setiap orang yang terlibat didalamnya. Terdapat banyak sekali manfaat ketika kita berkolaborasi, yakni kita dapat mengumpulkan ide dan pandangan dari beberapa orang. Kita semua tahu bahwa tiap orang memiliki pandangan dan kemampuan yang berbeda beda. Terkadang pemikiran2 yang bodoh dan childish yang dpt memberikan solusi terhadap suatu permasalahan , tetapi terkadang pemikiran yang kompleks dan mendalam yang dapat memberikan solusi dalam suatu permasalahan. Nah, alangkah baiknya kita menggabungkan segala pandangan dan ide2 dan menganalisis permasalahan tersebut kemudian menggunakan solusi2 tersebut untuk merundingkan solusi terbaik. Selain itu, bekerja dalam kolaborasi dapat memberikan hasil yang luar biasa yang tidak dapat dilakukan oleh satu individual. Dengan jumlah manusia yang terlibat maka semakin besar pula tenaga kerja yang dapat dikerahkan. Tidak hanya itu, bekerja dalam kolaborasi kita juga dapat mempelajari tentang toleransi antar anggota2 dalam kolaborasi tersebut. Terkadang seseorang harus mengalah agar segalanya berjalan lancar. Nah disinilah dibutuhkan kesadaran diri masing2 dan ketelitian dan fokus dari diri masing2 agar tidak mengecewakan yang lainnya ataupun mengacaukan apa yang telah dilakukan oleh anggota lainnya. Dengan demikian, kita dapat melihat betapa penting dan efektifnya jika kita berkolaborasi.

Elvan Owen
STEI  16513003

SEJARAH PERGERAKAN KOLABORASI ANTARA PEMUDA-PEMUDI INDONESIA

Sejarah pemuda adalah sejarah pembaharuan, ini bisa dilihat dari periodisasi gerakan kepemudaan mulai dari 1908 – 1998. Setiap angkatan memiliki produk isu masing-masing sebagai fokus orientasi gerakan dimasanya. Dimasa ini, pemuda benar-benar menjadi inovator bagi perubahan zaman.
Pasca 1998, gerakan pemuda mengalami kebuntuan dalam memfokuskan orientasi gerakannya (kehilangan lokus gerakan). Pemuda kehilangan kepekaan dalam mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan zaman. Pemuda dan gerakan mahasiswa kehilangan kepekaan untuk mengidentifikasi peluang dalam melakukan pembaharuan gerakan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam mengantisipasi apa yang menjadi kebutuhan mendasar di dunia akademis kemahasiswaan dan partisipasinya dalam mengawal proses penyelenggaraan negara (kebangsaan). Hal tersebut menyebabkan pemuda dan gerakan mahasiswa tidak mampu menemukan peluang baru untuk bisa dikemas menjadi sebuah “produk” yang bisa “dinikmati” kalangan akademisi kemahasiswaan maupun masyarakat umum sebagai elemen penting dalam proses kebangsaan.
Ketidakmampuan dalam mengidenfitikasi peluang (Oppotunities) merupakan penyebab hilangnya kolaborasi dalam gerakan pemuda dan mahasiswa. Angkatan ’45 berhasil menghimpun seluruh elemen kekuatan pemuda dengan satu rumusan kemerdekaan, angkatan ’66 dengan sebuah rumusan anti komunisme, dan angkatan ’98 dengan rumusan gerakan reformasinya. Semua itu dimungkinkan karena adanya sebuah portfolio (peta jalan) gerakan yang matang, terencana, dan sistematis serta up to date dengan kondisi zaman saat itu. Mustahil adanya kolaborasi dan portfolio gerakan yang tanpa didahului oleh identifikasi dan mapping isu/peluang yang matang.
Kehilangan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang serta ketidakmampuan dalam menyusun portfolio gerakan menyebabkan lemahnya desain dan pengembangan gerakan yang sistematis, terstruktur dan massif. Akhirnya gerakan pemuda dan mahasiswa terjebak dalam sebuah “labirin” yang tak berkesudahan, tak jelas mana pangkal dan ujungnya. Banyak waktu dan “cost” gerakan yang terbuang. Energi dan sumber daya terkuras untuk mencari jalan keluar dari “labirin”, sementara disaat yang bersamaan zaman terus bergerak pesat dalam hitungan detik, menit, jam, dan seterusnya. Variabel-variabel tersebut selanjutnya mengantarkan gerakan pemuda dan mahasiswa pada sebuah pencapaian tujuan yang kita sendiri bingung untuk menamainya, tujuan yang tidak direncanakan sejak awal.

Lemahnya sumber daya (Human Capital) Pemuda (Aktivis Gerakan)

Sejarah gerakan pemuda adalah sejarah gerakan Organisasi kepemudaan itu sendiri. Tak mungkin kita membicarakan gerakan pemuda tanpa mengaitkannya dengan organisasi kepemudaan. Sebagai salah satu kekuatan kontrol proses penyelenggaaraan negara, tak dipungkiri besarnya sumbangsih peran organisasi kepemudaan dalam proses penyelenggaraan negara di republik ini. Hal tersebut tentu saja tidak bisa lepas dari kapasitas sumber daya manusia yang berhimpun di dalam organisasi mahasiswa dan pemuda sebagai motor penggerak progresifitas organisasi itu sendiri. Lahirnya ide segar dan gagasan besar sebuah organisasi tentu saja berasal dari dinamisnya pemikiran anggota yang ada didalamnya.
Berbicara sumber daya (Human capital) pemuda dan mahasiswa, berarti kita berbicara soal ketrampilan multidisiplin (multidisciplinary Skills) pemuda itu sendiri, kita berbicara soal kapasitas akademis. Mustahil lahir gagasan dan pemikiran besar tanpa adanya kapasitas akademis yang mumpuni. Artinya, mustahil sebuah organisasi kepemudaan bisa menghasilkan gagasan besar jika tidak ditopang oleh kapasitas akademis (multidisciplinary Skills) para anggota yang bernaung didalamnya. Kemana Natsir, kemana Syahrir, kemana Hatta, kemana Soekarno, kemana Nurcholish Madjid ? Apakah “lesunya” gerakan organisasi pemuda dan mahasiswa saat ini adalah karena diisi oleh anggota mereka yang lemah secara kapasitas akademis ? sehingga jangankan membawa pembaharuan gerakan ke eksternal (masyarakat) jika untuk bersaing di dalam lingkungan akademis saja tak sanggup. Sebuah pertanyaan yang butuh pemikiran bersama.
Basis gerakan pemuda dan mahasiswa berada pada posisi yang lemah terutama di kampus-kampus yang menjadi mainstream dunia akademis di republik ini. Ini menjadi sangat paradoks dengan “embel-embel” “pemuda” dan “mahasiswa” yang intelektual, akademis dan kritis yang menjadi sumber daya dan motor penggerak organisasi kepemudaan.

Diabaikannya Information Capital dalam gerakan pemuda

Evolusi informasi, itulah sebuah realitas baru yang menjadi konsekuensi dari akselerasi perkembangan zaman. Di zaman ini lahirlah apa yang kita sebut sebagai internet dan “kampung global”. Tak mungkin kita bisa merespon perkembangan zaman yang begitu pesat dengan menggunakan pola pikir yang tetap sama. Evolusi informasi harus dibarengi dengan evolusi mindset. Sangat berbahaya jika kita mengabaikan kedua-duanya (evolusi informasi dan evolusi mindset) dengan tetap bertahan pada sebuah pola pikir baku.
Intelektualitas, kata yang identik dengan kaum muda yang mempunyai pemikiran kritis dan transformatif. Namun tidak disadari atau sengaja dilupakan bahwa kata intelektualitas dengan mengalami penyempitan makna. Inteltualitas hari ini lebih dipahami sebagai sebuah kecerdasan yang informatif belaka tanpa kita menyadarinya. Kita lupa bahwa di era saat ini telah terjadi apa yang disebut sebagai “hujan berlian”. Di dunia yang berhujan berlian, batu-batu mulia ini menjadi benda yang bisa dijumpai bahkan dihalaman rumah sekalipun, dan karenanya menjadi tidak berharga. Berlian-berlian itu masih dapat digunakan untuk perhiasan sebab tetap mempunyai nilai estetika yang sama. Namun nilai dagangnya terhapus punah. Seperti itulah ”intelektualitas informatif”, tetap menyenangkan untuk didengar namun tak memiliki nilai apa-apa lagi. Masing-masing orang bisa mendapatkan pengetahuan apapun, dimanapun, dan kapanpun lewat dunia internet. Hari ini kita membutuhkan seseorang yang intelektualitas yang meiliki kecakapan sosial, kecakapan dalam mengendalikan informasi dan kreativitas.
Format gerakan pemuda dan mahasiswa tidak ditopang oleh information capital yang mumpuni. Gerakan pemuda dan mahasiswa lupa “mengeksplorasi teknologi” untuk menopang pencapaian mission organisasi gerakan masing-masing. Entah lupa atau memang tidak memiliki kecakapan dalam melakukan hal itu. Tidak mungkin akan tercipta sebuah kolaborasi gerakan yang rapi jika tidak didahului oleh adanya integrasi dan kesepahaman tujuan dalam gerakan. Teknologi informasi yang pesat juga harus dimanfaatkan untuk mengintegrasikan berbagai potensi sebagai sumber daya dalam mencapai mission dan tujuan organisasi pemuda dan masiswa.
Ada sebuah istilah yang dikenal dengan ”speed to market”. Inilah potensi yang tak terbendung dari pemanfataan information capital dalam sebuah organisasi. Tak ada jarak, sepersekian detik saja kita bisa melakukan konsolidasi, dalam satu kedipan mata saja kita bisa mengintegrasikan potensi yang dimiliki. Namun sekali lagi bahwa pemanfaatan information capital selalu bersesuaian dengan kapasitas akademis yang dimiliki dalam sebuah organisasi.

Organization Capital yang tidak edukatif lagi
Inilah penyebab kenapa gerakan pemuda dan mahasiswa mengalami kelesuan dalam melakukan pembaharuan gerakannya. Tidak mungkin akan lahir sebuah gagasan yang kreatif dan inovatif dari sebuah kultur organisasi yang tidak edukatif dan cenderung berada “dibawah” pengaruh dunia politik yang praktis. Peradaban mencatat bahwa insan akademis cenderung berada pada posisi yang berlawanan dengan hegemoni kekuasaan politik yang tiran. Pertanggung jawaban moral dan ideologi gerakan ditinggalkan. Gerakan pemuda dan mahasiswa menjadi “alas kaki” kekuasaan, bersembunyi “diketiak” kepentingan para senior pendahulu. Rekruitmen pengurus dan anggota lebih mengutamakan pertimbangan politik (akomodasi politik) ketimbang kapasitas akademis yang dimiliki. Nilai dan ideologi serta mission gerakan disimpan rapi dan tidak lagi dipandang dan dijadikan sebagai perilaku dan landasan gerak dalam bersikap.
Teamwork yang harusnya dilandasi oleh semangat bersama untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan semua justru direduksi kedalam faksi-faksi kecil yang dilandasi semangat kepentingan kelompok tententu. Padahal teamwork yang baik merupakancritical factor yang menentukan langkah awal dalam melakukan sebuah pembaharuan gerakan. Semua pengetahuan dan kecapakan akademis diintegrasikan, dikolaborasikan dalam sebuah teamwork yang handal guna melahirkan sebuah gagasan besar yang up to date untuk selanjutnya “diperkenalkan” ke dunia luar (Scientific conference, leading university, etc) . Mustahil hal tersebut bisa dicapai jikateamwork dibentuk atas dasar semangat kepentingan tertentu yang sarat motif dan modus.
Culture. Kultur organisasi gerakan pemuda dan mahasiswa harus diterus didorong untuk melakukan inovasi dan perubahan yang berlandaskan pada cita-cita dan semanagat sebagaimana yang terdapat pada mission oraganisasi masing-masing, terbuka dan objektif atas kemajuan dan perkembangan zaman yang berbasis padaknowledge, baik dalam dunia sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya, tujuannya agar gerakan pemuda dan mahasiswa menjadi lebih kompetitif dan sesuai dengan semangat perkembangan zaman. Jauhkan tendensi yang tidak edukatif dan kontraproduktif dengan core values yang menjadi semangat pergerakannya.
Hidup mahasiswa, Jayalah pemuda, bangkitlah Organisasi Pemuda dan Mahasiswa !

Nama: Gien Yuda Welferst Simanungkalit

NIM: 16913150

Fakultas: FTMD