RESUME OLEH ERY BUDIONO FTTM 16413170
MAHASISWA BARU YANG BERKEARIFAN LOKAL
PEMIMPIN GLOBAL ABAD 21
Dua puluh tiga agustus 2013 mungkin adalah satu diantara hari-hari
bersejarah dalam hidup saya. Pasalnya saya berjumpaa langsung dengan Bapak Gita
Wirdjawan selaku menteri perdagangan dalam agenda seminar OSKM ITB 2013 di
Sabuga. Beliau telah memaparkan banyak hal berkaitan dengan tantangan global
kedepan terutama di bidang ekonomi. Beliau juga memaparkan peran mahasiswa yang
berkearifan local sebagai penerima estafet kepemimpinan masa depan.
Sebagai pembuka seminar Bapak Gita menceritakan kebanggan
beliau akan prestasi dua ganda Indonesia yang baru saja meraih medali emas di
BWF Champhionship di Guangzhou,
China. Sebagai bagian bangsa Indonesia beliau amat terharu dengan prestasi
orang-orang Indonesia di kancah Internasional. Kemudian beliau menekankan
kepada seluruh audiens yang hadir untuk meyakini kekuatan tekad dengan jargon; If you want it, you got it.
Selanjutnya Bapak Gita Wirdjawan mengajak audiens memasuki
ranah ekonomi. Beliau menyatakan bahwa ekonom yang baik harus memeperhitungkan social wants dan geopolitical aspect. Kehendak rakyat terkait ekonomi harus
diperhitungkan agar tidak ada keresahan pada rakyat terkait misalnya dengan
harga barang dan sebagainya. Selain itu unsur demokrasi, pluralisme, dan
kesejahteraan rakyat juga harus dipresentasikan secara apik di dunia
Internasional.
Bapak Gita menandaskan bahwa Indonesia merupakan Negara muslim
terbesar di dunia dan didalam kelompok G-20 Indonesia patut dijuluki sebagai Angle Section. Saat ini penduduk dunia
sekitar 7 miliar jiwa dengan komposisi sekitar 23% adalah beragama Islam. Namun
dari total penduduk tersebut nilai ekonomi Negara-negara muslim di dunia secara
keseluruhan hanya 9%. Indonesia pada
2013 adalah Negara ke 15 dengan ekonomi terbesar di dunia.
Selanjutnya Beliau memaparkan bahwa kestabilan stabilitas
politik dan ekonomi adalah kunci sukses sebuah bangsa dalam mengembangkan
ekonominya. Butuh pemimpin muda yang memiliki kearifan lokal untuk memimpin ekonomi
Indonesia. Kemudian Bapak Gita menjelaskan hakekat tarian Gangnam yang
diproduksi oleh Korea Selatan. Musik dan Tarian Gangnam mengandung empat esensi
pokok sebuah bangsa yakni kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi,
kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Esensi kedua, ketiga, dan keempat sudah
jelas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun untuk hal kemahiran teknologi
tampaknya bangsa Indonesia masih tertinggal jauh dari Korea Selatan.
Kemudian Bapak Gita Wirdjawan memaparkan realitas dan
ekspetasi ekonomi Indonesia. Saat ini Indonesia berada di Zona Transformasi
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sekitar 6%. Ekonomi dunia yang selama
ini dikendalikan oleh Amerika Serikat cenderung mengalami pergeseran trend dengan munculnya Negara-negara ekonomi
kuat di Asia seperti China dan Jepang. Saat ini total ekonomi Amerika adalah
sekitar 15 Teriliun Dolar atau berada di peringkat pertama, disusul China
dengan 8 Triliun dolar. Indonesia sekitar 1 triliun dolar. Nilai ini
menyebabkan total ekonomi Indonesia menyumbang sekitar 43% dari total ekonomi
Asia Tenggara. Jika ekspetasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap diatas 6%,
maka selama 20 tahun kedepan presentase ekonomi bertambah Indonesia sekiar 60%
dari sekarang. Ini akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu ekonomi terkuat.
Namun bapak Gita menegaskan bahwa nilai tersebut mungkin akan terjadi dengan
tidak adanya warna merah putih yang
dominan bila masih merujuk pada strata ekonomi saat ini. Maka perlu penyikapan
yang serius. Perlu ada modifikasi terhadap inovasi yang ada karena yang namanya
penemuan tidak melulu ditemukan baru atau new
invented.
Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
ekonomi Indonesia. Saat bapak seminar dalam rangka OSKM ITB 2013, memang tengah
terjadi kegoncangan ekonomi global termasuk Indonesia. Nilai kurs rupiah
terhadap dolar bahkan menembus Rp 11000,00 per dolar amerika. Ini merupakan
gejolak yang timbul akibat kebijakan pelonggaran kuantitatif Amerika Serikat.
Pada masa krisis Amerika telah mengurangi likuiditas melalui bank sentral.
Namun saat ekonomi AS membaik Amerika Serikat menarik kembali likuiditasnya
sehingga dana yang mulanya terinvestasi di Asia kembali pulang ke AS. Ini
menyebabkan koreksi yang cukup tajam. Adapun menyinggung upaya pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia, bapak Gita Wirdjawan mengemukakan bahwa
adanya upaya peningkatan produktivitas untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Bila
produktivitas tidak ditingkatkan maka resiko Nedle Income Trap akan terjadi di Indonesia. Keadaan ekonomi
tersebut terjadi dengan ditandai PDB yang berkisar $5000 sampai $7000 dollar
Amerika namun negar tersebut tak berteknologi. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa PDB negara tersebut adalah mungkin bertumpu pada Industri “kasar” saja.
Tahun ini PDB Indonesia adalah sekiatr $4000 dollar AS. Tahun depan sekiatar
$5000 dollar As adalah masa transisi Indonesia untuk lepas dari Jebakan Neddle Income Trap.
Bapak Gita Wirdjawan juga membahas mengenai distribusi
ekonomi di Indonesia. Menurut beliau mitos bahwa ekonomi Indonesia yang hanya
bertumpu di Jakarta adalah salah. Dari tahun ketahun semenjak 2009 hingga sekarang
total investasi di luar pulau jawa terus mengalami peningkatan mulai dari 18% pada
2009 dari total investasi, menjadi 33% pada tahun 2010, 41% pada 2011, dan 46%
pada 2012. Semakin tinggi realisasi investasi di luar pulau jawa maka
distribusi ekonomi akan semakin merata. Hal ini merupakan salah satu upaya pemrintah
untuk menurunkan tingkat kesenjangan ekonomi yang ditelisik dari rasio Ginni. Walaupun
terjadi peningakatan kesenjangan dari 3,1 menjadi 4,1 di tahun ini. Maka agar
turun diusahakan investasi hilir yang bersifat padat karya, multiplikasi nilai
diperbesar, dan penguasaan teknologi.
Menurut Bapak Gita Wirdjawan bahwa Indonesia harus menjadi Knowledge Economy, bukan Natural Resources Economy. Hal yang
menjadikan kendala ekonomi di Indonesia sampai saat ini adalah masalah
pendidikan dan pendanaan. Menurut bapak Gita, bahwa tahun 2014 masalah pendidikan
mungkin agak teratasi dikarenakan alokasi pendidikan yang telah diperbesar
hingga sekitar 360 triliun rupiah termasuk desentralisasi pendidikan. Namun
masalah pendanaan masih menghantui kalangan pembisnis Indonesia untuk dapat
bersaing dengan pembisnis asing. Pasalnya bunga yang masih 15 % akan menghambat
jalannya Pengusaha mengembangkan usaha. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan
suku bunga Malaysia yang hanya sekitar 2%. Untuk itu saat ini pemerintah telah
berusaha menurunkan bunga.
Selain itu Bapak Gita Wirdjawan juga memaparkan tentang
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maksud Ekonomi ASEAN meliputi tiga hal yakni ASEAN
sebagi basis produksi, ASEAN sebagai basis konsumsi, dan ASEAN sebagai basis
persaingan global. Bapak menyatakan bahwa We’ve
to be nationalistic, but sometimes to be internationlistic. Indonesia harus
bisa memanfaatkan Ekonomi ASEAN bukan menjadi petaka bagi ekonomi Indonesia.
Pada akhir seminar bapak Gita berpesan kepada mahasiswa baru
ITB 2013;Jadilah garuda-garuda yang kreatif, trampil, melek teknologi, dan
nasionalis. Milikilah tekad sebagai pemimpin yang nasionalis dan mejaga
kearifan lokal!